Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ini Modus Jaringan Pengintai Anak untuk Gay?

9 September 2016   08:51 Diperbarui: 9 September 2016   17:31 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Aduh mirisnya, korban mucikari anak lelaki untuk gay berkembang jadi 148 anak. Menurut Menteri Anak dan Pemberdayaan Perempuan, bisa jadi korbannya 3.000 anak. Indonesia darurat kejahatan seksual pada anak.

Jadi ingat beberapa hari lalu, ketika membawa Adra ke mal, Adra langsung lari-lari menjelajah. Tadinya kami hanya melihat dari jarak beberapa meter, tetapi seorang bapak mendekati suami saya, terus bilang, "Pak, anaknya dijaga dekat-dekat, Pak. Dua bulan lalu ada penculikan anak laki-laki di sini." Haa, kami kaget langsung nempelin Adra kek perangko. 

Bukan itu saja, suami saya juga dapat berita penculikan anak lelaki di mal mewah Jaksel. Si anak diculik ketika ikutan bapaknya sholat di mushola. Untung belum jauh diculik (masih area mal) sudah ada yang mengenali anak tersebut dan mengembalikan ke bapaknya. 

Apakah penculikan ini salah satu modus? Bisa jadi bukan penculikan biasa. Tetapi pelaku hanya mengenalkan dirinya dan membujuk rayu untuk kembali bertemu. Karena kalau penculikan beneran ortunya mesti sudah lapor polisi dan rame di televisi. Mungkin dengan iming iming tertentu atau menanya nomer telpon, si pelaku ini kemudian kontak lagi untuk bertemu. Maklum anak-anak jaman sekarang rata-rata sudah dibekali HP.

Itu modus untuk anak kecil setara SD. Kalau sudah remaja, jaringan ini lebih banyak menyediakan tempat nonkrong untuk kongkow-kongkow. Membentuk komunitas seperti yang terjadi di Bogor. Komunitas seolah hendak diorbitkan jadi "seseorang"? Maklum masa remaja masa paling galau dan mencari identitas diri. Dan kelompok ini bisa menangkap peluang itu. 

Selain itu, cara menarik minat remaja atau anak-anak juga melalui media sosial.. Sekarang banyak anak-anak yang tidak terkontrol lagi ketika megang HP sama ortunya. Jadi gampang terpengaruh hal-hal negatif dari medsos. Yang parahnya, menurut detik.com ada belasan aplikasi konten seperti ini, tetapi didiamkan oleh Keminfo? 

Semoga polisi bisa memburu dan menangkap jaringan-jaringan lainnya. Ngeri kalau mereka semakin merajalela. Dan ortu kek aku emang kudu ketat juga mengawasi pergaulan anak-anak nih. Sedangkan untuk pemerintah semoga semakin banyak menyediakan komunitas olahraga atau seni untuk para remaja galau ini. Mereka butuh ruang untuk ekspresi diri.

Yah sudah gitu aja. Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun