Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

33 Tahun Revolusi Iran, Ketika Seorang Kakek Sepuh Berjuang Tak Bisa Dihentikan

12 Februari 2012   08:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 1897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170415" align="aligncenter" width="640" caption="Rakyat Iran membawa foto-foto pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei sambil melambaikan bendera nasional dalam perayaan 33 tahun Revolusi Islam Iran di Lapangan Azadi di Teheran, Sabtu (11/2/2012)./Admin (AFP Photo/Atta Kenare))"][/caption] Kemaren ketika liat liat Press TV (punya Iran), ternyata di Iran lagi merayakan ulang tahun revolusi Iran, 33 tahun yang lalu. Jutaan rakyat turun ke jalan. Lampu lampu semarak dipasang, dengan perayaan yang menawan. Wah, jutaan rakyat Iran tersebut terlihat begitu bersemangat. Mereka tahu kali ya, negaranya lagi dalam sorotan dunia. Mau dibikin sanksi yang sekeras kerasnya. Dari embargo minyak, asset Iran di Eropa dan AS dibekukan. Istilahnya, supaya rakyat Iran kelaperan di boikot sana sini. Belum lagi ancaman serangan AS dan Israel terhadap Iran. Lha ini juga sudah dilakukan dikit dikit ma Israel. Kan base militernya sempat kena serangan. Terus ahli nuklirnya juga sudah dibunuh, 4 orang. Mungkin kalo gak oleh CIA, oleh Mossad. Tetapi apakah Iran membalas? Belum tuh. Sabaarrr, gitu kali katanya. Dan apapun cobaan yang menimpa rakyat Iran sekarang ini, tidak sebanding dengan cobaan ketika revolusi baru digerakkan. Revolusi yang dipimpin oleh seorang kakek sepuh, Ayotullah Ruhullah Khomeini, ketika beliau sudah berusia 76 tahun. Ketika itu, rezim Syah Iran yang didukung AS menerapkan kebijakan yang sangat kejam dan mengekangnya terhadap rakyat. Beberapa mullah dibunuh dengan diracun. Termasuk putra Khomeini sendiri. Begitu juga dengan seorang sosiolog lulusan Sorbonne, Perancis, Ali Syariati, juga tewas dibunuh. Ali Syariati adalah arsitek bagi persiapan anak anak muda intelek dalam mendukung revolusi yang dipimpin oleh Khomeini, melalui kuliah kuliahnya yang memukau di universitas Teheran. Beliau dibunuh, diduga oleh Savak, agen rahasia Iran. Kemudian, setiap demonstrasi ke jalan raya menjadi ladang pembantaian senjata militer Syah Iran. Ketika itu  rakyat Iran bertanya, kenapa AS yang katanya menjunjung tinggi hak asasi manusia, mendukung Syah Iran? Mendukung setiap kekerasan terhadap rakyatnya? Kenapa? Dan begitulah. Kekuatan rakyat yang didukung oleh ulama/mullah, pemuda, intelek, kaum miskin - menengah, seniman, semuanya akhirnya turun ke jalan mensukseskan revolusi Iran. Dan Syah Iran pun tumbang. Kekuasaan berganti. Dan Khomeini, pun pulang dari pengasingannya di Paris dengan kemenangan. Jutaan rakyat menantinya dengan tidak sabar. Mereka memegang foto tokoh yang sangat mereka cintai ini. Dan menyambutnya dengan gempita (sumber: Perang demi Agama, Fundamentalis dalam Islam, Kristen, Yahudi, wikipedia dan buku The Middle East) Setelah revolusi, perang yang paling menyakitkan telah ada. Yaitu ketika Irak, dengan dukungan AS menyerang Iran pada bulan September tahun 1980, ketika revolusi belum pun 2 tahun. Tetapi perang ini tidak mampu menjatuhkan Iran. Khomeini, apa yang dapat kukatakan tentang sosoknya? Dialah seorang ulama yang telah membawa konteks kedalaman spiritual dalam ranah politik. Irfan, arif, jernih, zuhud. Bagi seorang yang 'tercerahkan' seperti beliau, dunia hanyalah persinggahan yang sementara. Dunia yang indah, dunia yang menyenangkan dan memuaskan, tetapi juga ladang amal perjuangan keadilan bagi pemenuhan hak hak manusia. Dan di luar dunia yang fana ini,  di akhirat sana, ada keindahan dan kecintaan berlipat lipat. Ada kepuasan berlipat lipat. Dan bagi seorang Khomeini, kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Kematian malah jalan menuju yang Terindah. Itulah sosoknya, yang seolah masih hadir terus di Iran. Spiritnya masih menjaga rakyat Iran. Kepada rakyat Iran, selamat ulang tahun revolusi Iran yang ke 33. Yang tabah ya nduk, terhadap semua cobaan ini. Duh,  bisanya cuma berdoa, semoga kedamaian tercipta di bumi ini. Semoga manusia saling mengerti, bahwa perang cuma membawa kehancuran kepada semua pihak. Amiin. Ya Sudah, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun