"Enak aja. Orang tua kamu dua-duanya kerja. Pekerjaannya bagus. Terus kamu tinggal di kota tempat kamu kuliah. Jadi kamu gak usah kos."
"Apa lagi?" tanya Yana dengan nada ejekan.
"Kamu enak bisa keterima di kampus keinginan dengan mudah. Beda denganku yang berjuangnya sungguh luar biasa. Hingga harus berjauh dengan orang tua seperti sekarang."
"Masih ada?"
"Ada, kamu juga enak selalu bisa lakuin apapun yang kamu senangi. Kamu selalu nampak bahagia melakukan apapun yang kamu lakukan. Hidupmu seperti tanpa beban. Aku juga heran sama kamu yang bisa punya rasa percaya diri tinggi jalan-jalan sendiri pake angkot kemanapun dengan senang hati. Padahal aku yakin kamu minta mobilpun orang tua mu pasti kasih. Kamu juga enak isi ATM mu gak pernah kosong selalu berisi banyak dengan digit 0 hampir 7. Yana memang keren." Clara terus berkata tanpa henti seperti tanpa berpikir apapun yang diucapkannya.
"Udah?"
Lalu dibalas anggukan oleh Clara.
"Aku pulang duluan. Inget satu hal dari aku. Kamu kalau kayak gitu terus. Ngebandingin hidupmu dengan yang lain. Merasa iri dengan keadaan orang. Mengukur diri dengan orang. Aku yakin betul 100% hidupmu dijamin gak akan bahagia. Hati-hati Clara. Tapi tenang aku tetep ko mau berteman denganmu."
Setelah mengucapkan kalimat seakan menusuk hati Clara tersebut. Yana langsung mengemasi barangnya. Merapikan diri dan meninggalkan kamar kos Clara. Sedangkan Clara hanya diam seribu bahasa.