Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santri dan Peradaban Surau

22 Oktober 2022   12:07 Diperbarui: 24 Oktober 2022   03:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Jika santri adalah orang yang belajar agama Islam dengan guru dan tidak harus mondok di pondok pesantren, maka aku pun santri. Aku dan anak kecil di masaku adalah sekelompok manusia yang tumbuh dan besar di surau atau masjid.

Salat Maghrib di surau. Sehabis Maghrib, mengaji dengan guru di surau. Salat Isya di surau. Jika malam Jumat, berzanji di surau. Jika kumpulan remaja untuk membahas acara kampung, kadang di surau.

Bahkan, jika liburan, kami pun tidur di surau. Kalau Ramadan, kami pun tidur di surau. Bangun jam 02.30 membawa alat pukul dan keliling kampung membangunkan orang untuk sahur.

Bahkan, remaja di masa itu, nongkrongnya juga di emperan surau. Dulu saat surau kami masih bertingkat dengan konstruksi kayu, dengan tangga terbuat dari kayu, maka anak muda nongkrongnya di tangga itu. Tentu bukan di waktu salat.

Kalau kami main layangan atau main bola di Jumat siang usai Jumatan, maka  kami selalu mendengar pengajian dari pengeras suara di surau. Kadang mendengar selawatan suara ibu-ibu dari pengeras suara di surau.

Jadi, saat main pun, telinga ini sering mendengar pengajian, selawatan, atau semaan alquran. Peradabannya memang begitu.

Tak semua dari kami paham detail tentang Islam, termasuk aku. Tapi peradaban surau itu telah membentuk kami.

Sederhananya saja. Jika waktumu sering di surau, maka kamu dipaksa tak boleh bicara jorok atau kasar. Dilarang bicara kasar dan jorok di surau.

Jika terbiasa tak bicara kasar dan jorok, maka keluar dari surau, kebiasaan itu melekat. Ya tentu saja tak selalu mulus melekat. Tapi, lebih banyak melekat daripada tidak.

Di surau, kami dipaksa menghargai orang yang sedang beribadah atau sedang mengaji. Caranya dengan tidak berisik. Kebiasaan itu terbawa ketika keluar surau. Setidaknya jika ada orang yang sedang berbicara di forum, kami tidak berisik.

Dua contoh di atas adalah kebiasaan kecil yang terlihat dari peradaban surau yang kami rasakan atau yang aku rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun