Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Orang yang Kau Benci adalah yang Kelak Menolongmu, Bagaimana?

12 Mei 2021   09:50 Diperbarui: 12 Mei 2021   10:03 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Hidup itu di antaranya soal ketidakpastian. Ketidakpastian yang kita tak pernah mengetahuinya. Nah, pernah satu ketika berkhayal bahwa orang-orang terbaik di sekeliling kita, adalah mereka yang bisa dan mau menolong kita.

Sebagian kita mungkin meyakini itu. Yang akan menolongmu adalah teman terbaikmu. Yang menolongmu adalah saudara-saudara sedarahmu. Sementara, orang-orang yang kau benci atau membencimu adalah orang yang tak pernah terpikirkan untuk menolongmu.

Tapi hidup itu soal ketidakpastian. Bagaimana jika karena satu dan lain hal, orang-orang yang kau sukai tak ada di sampingmu. Sementara kau sangat membutuhkan pertolongan sesegera mungkin. Istilahnya, kau tersudut tak keruan. Kau kalut.

Lalu, orang yang kau benci selama ini, mau membantumu tanpa syarat. Dia, dari gerak tubuh dan ucapannya berniat ikhlas membantumu. Mungkin Tuhan telah menggerakkannya untuk menolongmu.

Apakah kau akan menerima bantuan itu? Jika ego yang bicara, maka kau akan menolak bantuan itu. Bahkan rela mati daripada dibantu orang yang dibenci. Kalau begitu, kau telah menjauhi rahmat Tuhan.

Bagaimana jika bantuan itu sangat berharga buat anakmu misalnya? Sementara karena satu dan lain hal tak ada yang bisa membantumu. Hanya orang yang sangat kau benci itu yang mau membantumu, bahkan dengan ikhlas.

Ini fenomena yang bisa saja kau alami. Kau misalnya yang selama ini di kelompok "kampret" ternyata kelak akan dibantu oleh orang yang paling kau benci, kelompok "cebong". Kau yang kini kelompok "cebong" kelak malah dibantu oleh kelompok "kampret" di hari kelak.

Bagaimana? Ya akhirnya memang berpikir ulang mengapa harus benci pada sesama. Sama-sama anak Adam. Jika pun beda pendapat ya biasa. Tapi jika benci sangat mendarah daging, hanya akan mengurangi ketenangan diri. Sepertinya kayak gitu. Sepertinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun