Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sukses Tak Hanya Sekadar Banyak Follower

17 Januari 2021   10:28 Diperbarui: 17 Januari 2021   10:56 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. ipopba dipublikasikan kompas.com

Di dunia digital kali ini, follower di media sosial sangat penting. Salah satunya untuk jadi jembatan mencari nafkah. Tak bisa dipungkiri, jika followermu banyak, maka apa yang kamu lakukan dan diunggah di dunia maya, bisa memberi virus pada followermu.

Maka dari itu, mengapa ketika banyak follower adalah berkah. Banyak follower, akan banyak yang menggunakanmu sebagai alat mengampanyekan produk tertentu. Dari aksi kampanye itu, rupiah akan melimbah seperti air bah.

Sudah banyak buktinya. Mereka yang punya banyak follower, kemudian menjadi kaya raya. Mereka bisa melakukan banyak hal yang mahal. Tapi bagaimana jika followermu banyak, tapi kualitasmu tak diupgrade?

Saya tak sedang berceramah. Saya hanya sedih jika yang punya banyak follower malah dipermainkan karena tak paham peta politik. Saya hanya sedih jika yang banyak follower itu tak diombang-ambingkan karena pengetahuan yang kurang. Saya sedih dan khawatir jika yang banyak follower itu hanya sibuk terus menancapkan pengaruh di dunia maya tanpa menambah kapasitas diri.

Yang sudah banyak follower itu, perlu mengedepankan kualitas diri. Ya banyak macam mengedepankan kualitas diri. Sekarang bayangkan saja. Jika orang orang yang berpengaruh di dunia maya itu ternyata tak memiliki kualitas yang memadai.

Akhirnya, banyak orang yang berpengaruh, malah tak bergaris lurus dengan kebaikan bersama. Misalnya, punya pengaruh malah untuk membakar emosi. Punya pengaruh malah untuk merendahkan mereka yang kekurangan.

Punya pengaruh untuk hal-hal yang negatif. Punya pengaruh tak paham bahwa ternyata disuruh mengampanyekan hal yang ditentang oleh banyak followernya sendiri. Ini bagaimana? Kasihan kan kalau seperti itu.

Ke depan, jika fenomena dunia maya ini tak berubah, mereka yang berpengaruh adalah mereka yang menguasai media sosial. Guru mungkin malah tak lagi punya pengaruh. Orangtua mungkin malah tak lagi punya pengaruh. Yang makin punya pengaruh ya, mereka yang banyak follower itu. Kita kemudian kehilangan kendali pada anak kita karena dunia maya. Anak kita lebih terpengaruh pada para pemberi pengaruh di dunia maya.  

Sekali lagi, jika yang punya pengaruh tak memberi dampak positif bagi kehidupan bersama bagaimana? Jika yang punya pengaruh hanya mencari pengaruh tanpa melandasi pengaruhnya dengan hal positif, bagaimana?

Mungkin saya pernah menulis. Bahwa mereka yang berpengaruh itu harus memiliki pengetahuan yang memadai. Atau setidaknya perilaku yang memadai. Sehingga, mereka tak salah langkah dalam banyak hal. Sekali salah langkah, akan ramai dan gaduh jadinya. Maka, sukses tak hanya sekadar banyak follower. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun