Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Denny Siregar vs Lawannya, Soal Perputaran Kebencian Akut

14 Januari 2021   15:29 Diperbarui: 14 Januari 2021   16:02 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Denny Siregar. Foto dari kompas.tv


Ada kalanya saya sepakat dengan omongan Denny Siregar. Ada kalanya saya tak sepakat dengan omongan Denny Siregar. Biasa saja.

Ada kalanya saya sepakat dengan sebagian lawan Denny Siregar. Ada kalanya saya tak sepakat dengan omongan lawan Denny Siregar. Biasa saja.

Tetap antara Denny dan sebagian lawannya itu, selalu berseberangan. Selalu beda pendapat. Dulu mereka dalam dua kubu yang berbeda yakni Cebong dan Kampret. Kini, Kampret sepertinya berubah menjadi kadrun.

Jadi, Denny ada di kubu cebong dan sebagian lawan abadi Denny itu disebut kadrun. Bukan menyebut diri kadrun, tapi disebut kadrun. Baguskah  berseberangan dengan perang opini secara kontinu? Bagus, tapi jika perang opininya berkelas.

Sejenak menengok dulu tentang pertarungan berkelas. Dulu saya pernah baca wawancara WS Rendra di sebuah majalah, saya agak lupa nama majalahnya. Kalau saya sebut takutnya salah.

Rendra di tahun 1995 mengkritik habis penghargaan Ramon Magsasay yang didapatkan Pramoedya Ananta Toer. Rendra, benar-benar memojokkan Pram. Bagi Rendra, apa yang dilakukan Pram di masa lalu membuatnya tak layak dapat penghargaan bergengsi itu.

Rendra dan kawan-kawan adalah kubu yang berseberangan dengan Pram. Antara Manikebu dan Lekra. Konon Manikebu itu singkatan dari Pram dan kawan-kawan untuk meledek Rendra dan kawan-kawan.

Itu permusuhan berkelas. Orang-orang yang berkelas dengan karyanya. Siapa yang tak kenal Bumi Manusia, yang kesohor itu. Ya, itu karya Pram. Jika kau pernah baca tulisan Pram soal Jalan Raya Pos, kau akan mengetahui bagaimana kayanya literasi Pram.

Rendra? Tak kalah keren. Satu ketika saya melihat sendiri bagaimana Rendra memberi keterangan di sidang MK. Seingat saya soal UU yang terkait dengan rokok. Rendra dengan kertasnya bicara soal merkantilisme dan sejarah rokok di depan para hakim MK. Sastrawan bicara soal sejarah dan keren. Melongo aku.

Karya Rendra? Banyak sekali. Saya pun ingat, saat Reformasi 98, Rendra dengan kharismanya membacakan puisi. Setahu saya, Ahmad Tohari juga termasuk yang bertentangan dengan beberapa ide Pram. Rendra dan Tohari? Ya orang-orang berkelas.

Asyik meneropong jalan pertentangan ideologis, dengan nalar dan literasi memadai. Sementara, percekcokan antara cebong dan kadrun itu, aduh broo, males banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun