Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Atlet Perlu Difasilitasi Bekal untuk Masa Pensiun

5 April 2020   14:47 Diperbarui: 5 April 2020   15:01 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, defile kontingen Indonesia saat Asian Games 2014. Foto totok wijayanto dipublikasikan kompas.com

Nasib orang tak ada yang tahu. Kadang di atas, kadang di bawah. Namun, manusia perlu mengusahakan agar hidupnya bisa lebih baik secara finansial.

Ada orang yang mampu bekerja pada satu profesi sampai usia 50 tahun lebih. Mungkin karena pekerjaannya tak terlalu mengandalkan fisik super prima. Namun, ada profesi yang hanya bisa dilaksanakan sampai usia 30-an, misalnya saja adalah atlet.

Memang ada atlet yang bisa bertahan sampai usia 50-an, tapi biasanya hanya olahraga otak seperti catur atau brigde. Namun, secara umum, atlet yang membutuhkan tenaga prima hanya bertahan di usia 30-an.

Setelah usia 30-an, para atlet harus memutar otak untuk kerja yang lainnya. Adakalanya sebagian dari atlet menjadi pelatih. Namun, secara kuantitatif, jumlah pelatih tak sebanyak atlet. Sehingga persaingan menjadi pelatih sepertinya lebih ketat.

Nah, dari para atlet yang sudah pensiun itu, sebagian hidup nelangsa. Saat jadi atlet ikut mengharumkan nama bangsa, namun setelah pensiun kesulitan secata ekonomi. Ada beberapa nama atlet yang pernah jadi pemberitaan karena nelangsa usai pensiun.

Sumsel.tribunnews.com pada tahun 2018 pernah memberitakan nasib sedih mantan atlet tersebut. Pertama adalah Denny Thios yang jadi tukang las di Makassar. Denny pernah juara dunia angkat besi di Inggris dan Swedia. Kedua adalah Leni Haini yang merupakan atlet perahu naga yang dapat emas di Sea Games 1997 dan 1999. Juga pernah juara Asia. Namun, setelah pensiun kerja serabutan dan jadi buruh cuci.

Ketiga, pebalap sepeda Suharto adalah peraih emas di Sea Games 1979. Namun, setelah pensiun dia kerja apa saja. Bahkan, pernah jadi penarik becak. Kelima, Hasan Lobubun adalah petinju di era 80-an, namun setelah pensiun harus tidur di masjid karena tak memiliki rumah.

Keenam, Wempi Wungau mendapatkan perak ajang binaraga di Asian Games 2002. Namun, setelah pensiun kesulitan. Bahkan, saat istrinya bersalin, Wempi harus menyerahkan KTP nya karena tak memiliki dana untuk biaya persalinan.

Enam nasib atlet setelah pensiun itu adalah potret nelangsa. Namun, tentu saja tak semua atlet seperti itu. Ada yang setelah pensiun kemudian jadi PNS, ada juga yang berbisnis. Nah, tentu insan olahraga tak mau ada atlet yang pensiun kemudian merana. Maka, saya pikir ada fasilitasi dari pemangku kebijakan, khususnya KONI.

Fasilitasi bisa diberikan saat atlet menjelang usia pensiun. Fasilitasi diberikan pada atlet yang memang menggantungkan hidupnya di dunia olahraga dan tak ada pekerjaan lain. Atau atlet yang memang belum punya pandangan bagaimana setelah pensiun.

Saya tak terlalu paham apakah KONI memiliki program seperti itu. Tapi jika belum, maka bisa menjadi salah satu masukan. Fasilitasi ini mirip sekolah singkat untuk menyiapkan diri masa pensiun. Materi-materi dan praktik penting, bisa dilakukan di sekolah singkat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun