Mohon tunggu...
ilham af
ilham af Mohon Tunggu... Pelajar

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kebiasaan merokok tapi terlihat sehat

30 September 2025   12:00 Diperbarui: 30 September 2025   12:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kebiasaan merokok sudah lama menjadi bagian dari kehidupan sebagian masyarakat. Bagi sebagian orang, merokok dianggap sebagai cara untuk melepas penat, mencari inspirasi, atau sekadar kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Namun, di sisi lain, rokok memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan, mulai dari gangguan pernapasan, penyakit jantung, hingga risiko kanker. Karena itulah muncul sebuah pertanyaan: mungkinkah ada kebiasaan “merokok tapi sehat”?

Secara medis, merokok yang melibatkan tembakau dan nikotin jelas tidak mungkin dikategorikan sehat. Zat beracun yang terkandung di dalamnya tidak hanya merugikan perokok, tetapi juga orang di sekitarnya melalui asap rokok. Namun, dalam arti lain, istilah “merokok tapi sehat” bisa dipahami sebagai sebuah upaya mencari jalan tengah antara kebiasaan yang sulit ditinggalkan dengan keinginan untuk hidup lebih sehat. Misalnya, mengganti rokok konvensional dengan produk alternatif yang lebih rendah risiko, seperti rokok elektrik, atau bahkan menggantinya dengan kebiasaan serupa tetapi tanpa racun, seperti mengisap herbal alami tanpa nikotin.

Selain itu, “merokok tapi sehat” juga bisa diartikan sebagai usaha mengimbangi kebiasaan merokok dengan pola hidup yang lebih baik. Seorang perokok, misalnya, bisa mulai menerapkan pola makan bergizi, memperbanyak minum air putih untuk mengurangi penumpukan racun, serta rutin berolahraga agar paru-paru dan jantung tetap terlatih. Meski hal itu tidak menghapus risiko sepenuhnya, setidaknya dapat membantu menjaga tubuh agar lebih kuat melawan dampak buruk asap rokok.

Di sisi lain, gagasan ini juga bisa menjadi refleksi bahwa manusia sering terjebak pada kebiasaan yang merugikan, namun tetap berusaha mencari cara untuk “menormalkan” atau “menghaluskan” dampaknya. Dalam hal merokok, cara paling sehat tentu adalah berhenti total. Tetapi, jika berhenti dirasa sangat sulit, maka langkah pengurangan risiko menjadi pilihan yang lebih realistis.

Pada akhirnya, istilah “kebiasaan merokok tapi sehat” sesungguhnya lebih tepat dipahami sebagai sebuah dorongan untuk mencari alternatif dan transisi menuju kehidupan yang lebih baik. Merokok mungkin masih menjadi bagian dari budaya, gaya hidup, atau bahkan simbol pergaulan di kalangan tertentu. Namun, kesadaran untuk hidup sehat tetap harus menjadi tujuan akhir. Dengan begitu, istilah “sehat” tidak hanya menjadi sekadar label, melainkan sebuah usaha nyata untuk memperbaiki diri, mengurangi risiko, dan perlahan melepaskan diri dari kebiasaan yang merugikan.

Lebih jauh lagi, isu ini sebenarnya mengajarkan bahwa kesehatan tidak bisa dinegosiasikan. Upaya mencari kompromi, seperti istilah “merokok tapi sehat”, sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk terus mempertahankan kebiasaan yang berbahaya. Sebaliknya, konsep tersebut bisa menjadi titik awal untuk menyadarkan diri bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab atas kesehatannya sendiri, sekaligus menjaga orang lain dari dampak asap rokok.

Jika kesadaran tersebut terus ditanamkan, maka perlahan-lahan masyarakat akan menyadari bahwa kebiasaan merokok tidak sejalan dengan cita-cita hidup sehat. Langkah kecil seperti mengurangi jumlah rokok, beralih ke alternatif yang lebih rendah risiko, hingga akhirnya berhenti total, adalah perjalanan yang mungkin panjang, tetapi tetap dapat ditempuh. Dengan demikian, kebiasaan merokok bisa benar-benar ditransformasikan menjadi kebiasaan hidup yang lebih sehat dan bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun