Seperti biasanya rutinitas pagi dumulai dengan sahalat subuh, mengerjakan evaluasi harian kajian pada salah satu web  membangunkan anak untuk bergegas salat mandi dan menyiapkan keperluan sekolah dan kerja.  Pagi itu cuaca gerimis namun matahari memancarkan cahanya dengan sepenuh hati sehingga terpampang dengan jelas pelangi di kota ini.Â
Motor dinas yang manjadi moda transportasi kegiatan sehari-hari menemani perjalanan ke kantor saat itu. Banyak hal yang dipelajari dari sebuah perjalanan rumah ke kantor. Beberapa kendaraan melaju dengan kecepatan penuh laykanya di lintasan balap membuat mulut melontarkan kata-kata umpatan. Namun ada pula yang berjalan lambat seolah menghambat rasanya hati ingin mengumpat "hmmmmm.................". Namun selalu terjadi perdebatan dalam hati dimana sanubari memberi hati untuk selalu berpikir positif " mungkin saja ada hal mendesak menginta mereka bukanla pejabat yang mendapat fasilitas forwarder,  ya mungkin saja juga lambat karena kkondisi kendaraan yang tidak prima atau  mendukung untuk melaju cepat lah elu enak naik motor dinas hati lain menimpal.Â
Terkadang tiba-tiba angkot ataupun bus jemputan karyawan yang tanpa tedeng aling-aling berhenti didepan menambah pergulatan nurani ini tak jarang keluar  umpatan untuk sang sopir, meski kadang kala berharap suatu saat terdapat suatu sitem transportasi lokal dimana menurunkan dan menaikan penumpang pada titik tertentu, ya itung itung mendisiplinkan warga serta menyehatkan. Toh indonesia termaksud dalam jajaran negara dengan penduduk malas berjalan kaki.Â
Belum lagi Perjalanan Cilegon -Serang sepanjang 18 Km ditemani truk transformer pengangkut tanah dan pasir yang kesiangan atau sengaja kesiangan  dengan muatan basah membuat jalanan licin. Ingin rasanya membuat semua ban-transformer tersebut bocor secara bersama sebagai teguran kecil kepada pengusaha tambang pasir tersebut, untuk kali ini nuarni tak turut membela.
Perjalanan setiap pagi yang selalu dilewati entah sampai kapan, ada hikmah dibalik ini semua. Kita tidak bisa langsung menghakimi sesuatu yang membuat kita  terusik ada sisi sisi dimana kita harus dapat menempatkan posisi kita pada oang yang membuat kita terusik. Belajar mendengar, melihat dan merasakan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI