Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memperkecil Disparitas Wilayah Pulau Kecil dan Pulau Induk

7 Oktober 2022   21:11 Diperbarui: 7 Oktober 2022   21:14 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, diakui sangat berperan terhadap perubahan sosial dan dinamika kehidupan bermasyarakat pada wilayah perkotaan (central land) hingga meluas ke wilayah pedalaman (hinter land). Globalisasi dan modernisasi ibarat dua sisi mata uang berbeda namun saling berhubungan, dapat memberikan dampak positif  terhadap pola hidup masyarakat di era modern, menyesuaikan dengan perkembangan zaman, seperti; kemudahan berkomunikasi, akses informasi yang cepat, memudahkan mengurai persoalan yang sulit pada ruang yang terbatas (remote) dan mobilitas flesibel, tujuannya ialah mampu menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Namun disisi lain plus minus dari pembangunan daerah tidak dapat dihindari, seperti; peningkatan jumlah penduduk, penyempitan lahan/ruang, reklamasi daratan baru di pesisir, konversi lahan untuk kegiatan industri, perdagangan dan pemukiman penduduk. Hal ini cenderung akan berdampak pada kondisi ekologi, sosial kelembagaan, budaya dan kearifan lokal serta pemerataan ekonomi berbasis kerakyatan.

Pendapat ini disampaikan oleh Fahriya Bahalwan, yang merupakan Praktisi Perencanaan Wilayah dan Kota, saat berada dan melihat situasi langsung di Pulau Doom Distrik Sorong Kepulauan dan membandingkannya dengan Pulau Jeflio di Kabupaten Sorong. Menurut Fahriya "Dampak pembangunan wilayah pada suatu kawasan harus dapat diterima, karena menjadi suatu keniscayaan di negara berkembang bahwa pertumbuhan ekonomi akan berjalan selaras dengan pertambahan pusat industri, perdagangan, hiburan dan kemudian perlahan berkembang menjadi wilayah perkotaan. Disisi lain wilayah kepulauan sebagai kawasan hinter land merupakan kawasan penyangga ekonomi kawasan central land. Lanjut Fahriya bahwa, sebagian besar kebutuhan masyarakat perkotaan bersumber dari wilayah pinggiran kota, apa lagi jika berkaitan dengan suplay sumberdaya alam, maka kawasan kepulauan merupakan basis ketersediaan stok pangan untuk masyarakat perkotaan. Maka seharusnya keberlanjutan sumberdaya alam di kawasan kepulauan harus menjadi prioritas, salah satunya melalui optimalisasi sumberdaya alam secara bijaksana di kawasan tersebut.

Pulau Doom merupakan pulau kecil yang terdekat dengan wilayah Kota Sorong memiliki jumlah penduduk yang padat dan banyak ditinggali oleh para pendatang dari, Jawa, Sumatera, Buton, Bugis, Maluku dan Toraja selain Orang Asli Papua (OAP) dari suku MOI. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan, sebagian besar wilayah pulau ini penuh dengan fasilitas terbangun (pemukiman penduduk dan gedung sarana prasarana). Berbeda dengan Pulau Soop dan Raam yang relatif lebih rendah pertumbuhan penduduknya. Kedua pulau ini memiliki karakteristik pulau kecil dengan struktur sebaran penduduk yang menyebar di bagian barat sampai ke utara pulau mengikuti kontur pesisir. Data tahun 2018, jumlah penduduk Distrik Sorong Kepulauan 11.666 jiwa, terdiri dari 6.035 penduduk laki-laki dan 5.631 penduduk perempuan.

"Ketersediaan sumberdaya alam dan peran serta masyarakat merupakan sinergitas positif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjamin kesejahteraan masyarakat. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang kelengkapan berusaha dan aktifitas keseharian masyarakat menjadi salah satu indikator keberhasilan  dalam kegiatan kemasyarakatan. Hal ini pada akhirnya akan mendorong kereatifitas usaha, keikutsertaan dan kepedulian warga lokal dalam menjaga, melindungi, mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijak dan tepat guna". Ungkap Fahriya.

Jika kita mengacuk pada data Kemenko Marves;  Badan Pusat Statistik RI, 2021, diketahui bahwa Papua Barat merupakan provinsi dengan jumlah pulau kecil terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 4.514 pulau. Letak geografis Papua Barat sangat bervariatif, dapat ditemui wilayah pegunungan dan bukit menjulang, lembah yang curam, gugusan kepulauan dan dataran rendah lurus (flate) sampai ke laut. Kondisi ini cenderung mempengaruhi aktivitas dan mobilitas masyarakat yang berada di sekitar kawasan dalam berinteraksi secara sosial dan ekonomi bahkan mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam. 

"Penglolaan, pemanfaatan dan pengembangan pulau kecil seperti di Pulau Doom dan Jeflio perlu mempertimbangkan aspek ekologis, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat. Pulau kecil sebagai salah satu sumberdaya potensial secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya,  khususnya perikanan dan pariwisata memiliki ultimate constrain penting seperti keterbatasan luas daratan, informasi dan mobilitas lambat, ketergantungan ekonomi dari luar pulau dan rentan terhadap pengaruh kerusakan lingkungan. Maka pengembangan dan pembangunan pulau kecil perlu disesuaikan dengan konsep ekologis, yaitu mempertimbangkan kesesuaian lahan (land suitability) dan daya dukung (carring capacity) suatu pulau, dampak negatif pembangunan (cross--sectoral impacts) hendaknya ditekan seminimal mungkin sesuai dengan kemampuan ekosistem pulau tersebut mampu mentolelir aktivitas di sekitarnya". Ungkap Fahriya

Tantangan  besar  yang dihadapi  pemerintah Provinsi Papua Barat khususnya  wilayah  kepulauan dalam pemerataan ekonomi adalah pengembangan jejaring komunikasi dan transportasi  pada daerah kepulauan, hal ini disebabkan karena  kondisi geografis  kepulauan yang  terpisah-pisah  antar pulau  dengan penyebaran  penduduk dan kelangkapan sarpras  yang   tidak   merata. Untuk itu diperlukan data informasi spasial sebagai salah satu indikator dalam perencanaan program pembangunan di wilayah pulau kecil sebagai wilayah hinter land dan pulau induk sebagai kawasan central land. Ketersediaan informasi yang berkaitan dengan potensi sumberdaya alam dan infrastruktur wilayah memegang peranan penting karena sangat menunjang dan menentukan keberhasilan program pembangunan suatu wilayah. (FBIM)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun