Mohon tunggu...
Razib  Ikbal
Razib Ikbal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hanya seorang scorpius yang suka kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menolak Vaksin adalah Bukti Kritisnya Orang Indonesia

31 Januari 2021   14:04 Diperbarui: 31 Januari 2021   14:09 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah hampir satu tahun Indonesia diterjang sebuah virus bernama Corona dan menyebabkan suatu penyakit yang mewabah bernama Covid-19, orang-orang kedatangan harapan baru dengan dimulainya vaksinasi. Orang-orang mendapat kembali harapan bahwa hidup akan kembali normal sebenar-benarnya normal.

Namun, sayangnya masih ada saja orang-orang kontroversial yang menolak sesuatu yang sudah semua orang tunggu sejak lama. Mulai dari politikus negara seperti Ibu Ribka Tjiptaning seorang politikus dari PDIP yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua Komisi IX DPR RI. Ada juga tokoh agama yang menolak secara halus seperti Ustaz Tengku Zulkarnain dalam cuitan di Twitternya baru-baru ini. Masih dengan bahasa yang sopan dan tidak terang-terangan menolak sebetulnya. Hanya saja memang beliau ini masih "meragukan" vaksin.

Cuma di tulisan ini saya enggak akan membahas soal pendapat mereka. Mereka punya hak berpendapat sebagaimana saya berhak menulis ini. Yang mau saya bahas adalah sesuatu yang patut kita tiru dari orang-orang yang menolak vaksin.

Saya tidak suka bilang kalau orang-orang yang menolak vaksinasi adalah bodoh. Saya lebih suka menyebut mereka yang menolak vaksinasi sebagai orang yang kritis dan peduli pada detail-detail kecil.

Lah, kok kritis? Iya, orang-orang awam yang menolak vaksin sebetulnya punya kelebihan dibanding orang-orang awam yang menerima vaksin. Mereka yang menolak biasanya mampu menyadari detail-detail yang tak banyak orang menyadarinya---atau mungkin tidak peduli, sih.

Saya kasih contoh. Hari pertama divaksin dan Pak Jokowi menjadi orang pertama yang divaksin secara live, eh ada saja orang yang bilang bahwa yang disuntikkan ke Pak Jokowi itu bukanlah vaksin, melainkan vitamin C. Hebat, 'kan? Orang awam yang percaya vaksin mana terpikir kalau yang disuntik itu vitamin C. Ini membuktikan bahwa mereka yang menolak vaksin sangatlah julid kritis.

Ada lagi yang mengatakan kalau vaksin yang disuntikkan ke Pak Jokowi itu bukanlah Sinovac, tetapi Pfizer. Pemikiran mereka ini sangatlah kompleks dan hebat. Orang awam yang percaya vaksin tidak akan terpikirkan ke sana. Pikir mereka mana mungkin vaksin yang belum datang ke Indonesia bisa disuntik ke presiden. Bukankah sangat sederhana dan berbeda dengan para penolak vaksin yang bisa berpikir kritis dan kompleks?

Selain kritis, para penolak vaksinasi juga memiliki karakter yang teliti dan peduli pada detail-detail kecil. Bukan seperti kita para provaksinasi yang mudah percaya begitu saja tanpa mau membaca dan mempelajari kembali sebuah info yang beredar. Ujung-ujungnya jadi menyebar hoax.

Baru-baru ini akun Twitter ulama kondang Ustaz Tengku Zulkarnain menunjukkan ketelitian seorang ulama sekaligus secara halus mempertanyakan vaksin yang disuntikkan kepada Pak Jokowi.

Di dalam cuitannya, beliau menyebutkan bahwa telah beredar foto vaksin Covid-19 model satu tube dengan jarum suntiknya. Artinya model itu sekali paaki untuk langsung buang, menurutnya. Lalu, di cuitan lain beliau mempertanyakan apakah sebetulnya vaksin Covid-19 itu modelnya lengkap dengan jarum suntik di tube atau ada di botol lalu disedot dengan jarum suntik.

Dari cuitan tersebut sebetulnya kita sudah bisa memahami bahwa Pak Ustaz Tengku Zulkarnain ini selain teliti melihat proses vaksinasi Presiden Jokowi kemarin, beliau juga sangat kritis. Orang awam yang tidak menolak vaksinasi mana terpikir sampai ke situ. Yang mereka tahu hanyalah vaksin itu bisa memancing kekebalan tubuh kita untuk bisa melawan virus corona. Tidak terpikir soal model begituan. Toh soal begitu tidak penting, kata mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun