Salah satu alasan saya belum mau belajar untuk mengendarai mobil adalah seringnya saya mendengar dan melihat kecelakaan karambol yang terjadi di sekitar saya.
Kecelakaan yang melibatkan beberapa kendaraan tersebut seolah menjadi momok ketika saya memulai untuk mencoba belajar mengendarai mobil terutama keinginan untuk kursus mengemudi.Â
Saya memang mengidap agyrophobia -- ketakutan menyeberang jalan -- yang juga berdampak pada ketakutan ini. meski demikian, dengan seringnya saya mendengar berita kecelakaan karambol di jalan yang kerap saya lalui, tetap saja nyali saya ciut.
Jalanan yang sering terjadi kecelakaan karambol adalah Jalan Raya Malang-Surabaya. Tidak saja jalan raya umum, kecelakaan juga kerap terjadi pada Jalan Tol Malang-Surabaya.
Bahkan, sejak peresmian jalan tol ini beberapa waktu yang lalu, ada saja berita kecelakaan, entah tunggal atau yang disebabkan oleh beberapa kendaraan terjadi. Salah satunya menimpa putra KH Hazim Muzadi, Gus Hilman yang menyebabkan beliau meninggal.
Kejadian kecelakaan paling parah yang pernah saya saksikan adalah saat terjadi kecelakaan karambol sekitar 13 kendaraan di Jalan Raya Purwodadi Pasuruan.Â
Saya mencoba mengurai beberapa sumber masalah terjadinya kecelakaan karambol tersebut. Salah satu penyebabnya adalah kontur jalan yang menurun dan berbelok tajam.Â
Dari lubuk hati yang paling dalam, saya juga memiliki ketakutan jika melewati jalan seperti ini. Jalan yang saya lalui ketika melewati perbatasan Malang-Pasuruan. Di sana, ada sebuah fly over dengan turunan tajam yang akan membuat pengendara dari arah Malang harus bisa mengendalikan kecepatannya.
Biasanya, saat sudah berada di atas fly over tersebut, saya hanya memasukkan persneling 1 atau 2 sebagai jaga-jaga. Benar saja, ketika motor saya mulai menuruni fly over tersebut, entah karena gaya tarik bumi yang besar, rasanya saya seakan melaju amat kencang.Â
Motor seakan sulit untuk direm dan melaju dengan kecepatan hampir 80-90 km/jam. Padahal, kecepatan maksimal saya ketika berkendara biasanya hanya sampai 60 km/jam.