Kegiatan imunisasi di sekolah adalah kegiatan rutin tahunan.
Kegiatan ini menjadi salah satu agenda rutin sekolah yang bekerja sama dengan instansi kesehatan di sekitar lingkungan sekolah. Kalau di sekolah saya dulu, biasanya imunisasi dilakukan oleh Puskesmas yang berada dekat dengan sekolah.
Sebelum kegiatan ini dilakukan, Puskesmas akan memberi informasi jika pada bulan berikutnya akan dilakukan imunisasi. Jika informasi ini sudah diterima sekolah, maka pihak Tata Usaha akan langsung membuat surat edaran kepada wali murid dan persiapan di sekolah pun mulai dilakukan. Semisal, menyiapkan aula atau pun pendukung lainnya.
Imunisasi biasanya paling sering dilakukan pada siswa kelas kecil (1,2,3) tetapi ada juga yang dilakukan pada siswa kelas besar (4,5, dan 6). Siswa kelas kecil biasanya mendapatkan prioritas.Â
Imunisasi yang diberikan pada kelas 1 biasanya adalah imunisasi Diphteria Tetanus (DT) sedangkan siswa kelas 2 dan 3 mendapatkan imunisasi Tetanus Diphteria (TD). Bulan November ini biasanya dilakukan imunisai secara serentak atau sering disebut sebagai Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Sama halnya dengan kegiatan kemah atau pondok Ramadan yang melibatkan banyak siswa, maka kegiatan ini pun juga biasanya dipersiapkan secara matang. Kepala sekolah akan menujuk beberapa guru yang bertugas mendampingi petugas Puskesmas untuk melakukan imunisasi.
Tentu, guru kelas memiliki tanggung jawab untuk mendampingi mereka di samping guru-guru lainnya semisal guru olahraga. Meski demikian, dari pengalaman saya di sekolah, ternyata tidak semua guru bisa mendampingi siswa yang akan melakukan imunisasi.
Entah sudah menjadi tradisi atau tidak, guru-guru yang senior dan kebanyakan akan memasuki masa purna yang menjadi garda terdepan dalam imunisasi ini. Di sekolah saya dulu, ada seorang guru bernama Bu Tri yang sudah siap mendampingi siswa kelas 1 hingga kelas 3 yang sedang disuntik.Â
Jika siswa tersebut berani, Bu Tri hanya akan menyemangati dari dekat atau memegang tangan siswa tersebut sebagai bentuk dukungan. Jika siswa tersebut takut dan bahkan menangis meraung-raung kesakitan, Bu Tri tak segan memeluk anak tersebut hingga kegiatan vaksinasi berjalan lancar.Â
Tentu, dengan beberapa "mantra" yang dibisikkan pada anak tersebut. Misalkan sakitnya hanya sebentar dan memastikan bahwa semua akan baik-baik saja.