Menurut keterangan Google yang baru saja diupdate dengan tambahan info dari BPPTKG, meski belum perlu menungsi, tetapi ketika status Gunung Merapi sudah awas, maka maka setiap orang di kawasan ini harus menyiapkan diri untuk mengungsi. Informasi ini amat penting sekali untuk saya yang baru kali ini menghadapi bencana Merapi secara langsung.
Jujur, jika melihat peta dalam Google Map tersebut, sebenarnya cukup mudah jika dibandingkan membaca berbagai parameter yang disampaikan oleh BPPTKG.Â
Kita tinggal membaca peta seperti menghindari kemacetan arus lalu lintas. Tak hanya itu saja, ada pula peta pos pengungsian terdekat yang bisa dituju meski menurut beberapa orang yang sudah membaca peta itu ada beberapa yang salah posisi.
Sayangnya, mitigasi simpel semacam ini belum tersosialisasi dengan luas. Saya baru tahu ketika membaca portal tertentu yang memberi info jika kita bisa membaca potensi bahaya dari ponsel pintar yang kita miliki.Â
Padahal, jika ikut menyebarkan informasi yang akurat, sebenarnya warga pun juga merasa ikut dilibatkan dan juga akan mempermudah proses evakuasi jikalau nantinya (tapi jangan sampai) Merapi mengalami erupsi.
Tidak hanya itu, jika dilihat dari Google Map, daerah yang diperkirakan terdampak paling parah adalah daerah di sekitar Kali Gendol (arah tenggara).Â
Menurut BPPTKG, awan panas diperkirakan akan meluncur hingga lebih dari 9 kilometer. Walau demikian, potensi bahaya di tempat lain juga harus diwaspadai semisal di bagian barat. Apa yang akan dialami oleh warga yang ada di sebelah barat Merapi?
Belajar dari apa yang sudah terjadi memang sangat perlu dilakukan untuk meminimalisasi korban akibat erupsi ini.Â
Bagaimanapun, Merapi tidaklah sekadar gunung aktif yang sering meletus seperti yang sering dinarasikan. Ia adalah teman yang amat setia bagi siapa saja yang tinggal di dekatnya. Peka dalam membaca karakternya adalah kunci bagi keselamatan bersama karena ia tak pernah ingkar janji.***