Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Konser Kentut Nasional" Kala Bermalam Pondok Ramadan di Sekolah

12 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 12 Mei 2020   08:01 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Mojok.co

Ketika beranjak dewasa, salah satu hal yang membuat saya ingin bernostalgia saat Ramadan tiba adalah momen bermalam di sekolah. Ini saya lakukan kala saya duduk di bangku SMP. Sekolah saya selalu melakukan kegiatan pondok Ramadan tipe A.

Kegiatan pondok Ramadan tipe ini mengharuskan siswa bermalam di sekolah selama beberapa hari. Kalau tidak salah, dulu kami harus bermalam selama tiga hari dua malam. Kami tidak perlu memikirkan makanan untuk sahur dan berbuka puasa karena sudah disediakan oleh wali murid.

Walau bermalam cukup lama, nyatanya saya selalu menikmati kegiatan ini. Apalagi kalau bukan sensasi bermalam bersama teman-teman sekelas. Tentu, siswa pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Namanya anak SMP yang jika dikurvakan sering dianggap sebagai puncak dari kenakalan manusia, ada saja hal-hal yang hingga kini masih saja berkesan.

Salah satunya adalah tebak-tebakan menu makanan apa yang akan disajikan di meja makan nanti. Dasar remaja yang lancang mulut, kami selalu punya prediksi jahil dari kemampuan orang tua yang bersangkutan. Jika kaya, maka makanan yang tersaji akan banyak dan demikian sebaliknya.

Apesnya, itu tidak berlaku umum. Kadang, kami sudah PD dari desas-desus yang beredar bahwa makanan akan disajikan oleh orang tua X yang kaya. Eh ternyata menunya biasa saja. Malah, saat ada orang tua Y yang biasa-biasa saja, makanan pun melimpah ruah.

Bahkan, perut ini rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk memuat segala yang tersaji. Belum lagi ada rekan yang masih membawa makanan dari kiriman orang tuanya. Wong cuma pindah tidur saja dibawakan makanan satu kresek penuh.

Alhasil, kami sering mengantuk saat kegiatan berlangsung. Mulai tadarus, yel-yel bertema agama di lapangan, Salat Duha, materi di kelas, dan tentunya Salat Tahajud. Pesan Rasulullah yang melarang untuk makan berlebihan memang benar. Mata ini rasanya sudah tak kuat untuk membuka barang sesenti.

Kalau mengantuk tak begitu masalah. Yang menjadi tidak nyaman adalah kentut yang tak tertahankan. Melakukan banyak kegiatan di luar ruangan membuat semilir angin bisa saja masuk ke dalam tubuh. Ditambah makanan yang mengandung gas cukup banyak di perut malah membuat produksi gas di dalamnya semakin banyak. Bisa ditebak, suara kentut pun saling bersahut-sahutan.

Momen ini paling parah terjadi saat akan tidur malam. Kalau tidak salah lagi, kami baru tidur selepas tadarus sekitar jam 9 malam. Guru Agama dan guru lain akan berkeliling memastikan semua siswa tidur dan tidak berkeliaran. Tapi ya namanya anak SMP, mana bisa?

Ada saja kegiatan yang membuat kami tak bisa tidur. Kentut adalah salah satunya. Pasalnya, setiap ada yang kentut pasti akan ditertawakan. Baru sebentar hening dan duuuuuuut....

Suara itu memekakkan telinga. Anak laki-laki satu kelas pun tertawa cekikikan dan saling menuding siapa yang sudah positif kentut atau masih suspect. Yah dari tebak-tebakan frekuensi suara kentut yang didengar dan intensitas bau yang dirasakan. Saya benar-benar tak bisa menahan rasa geli itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun