Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Liburan Makin Sempurna Kala Bersua dengan Kang Pepih Nugraha

12 Juli 2019   09:50 Diperbarui: 12 Juli 2019   10:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Kapal Semarang. - Dokpri

Seminggu ini, saya disibukkan dengan kegiatan liburan yang saya jalani untuk menjaga kewarasan pikiran saya.

Saya memilih Semarang sebagai tempat berlibur lantaran tak jauh dari Jogja. Selepas berjalan-jalan di daerah Bandungan, rekan saya yang menemani perjalanan mengajak saya ke Masjid Kapal. Sebuah masjid berarsitektur unik berbentuk kapal.

Kala matahari mulai turun, kami pun tiba di masjid yang berada di Ngaliyan ini. Pengunjung cukup sepi hari itu. Maklum, tempatnya memang agak jauh dari pusat kota Semarang. Makanya, saya bisa cukup leluasan mengabadikan bagian demi bagian masjid itu.

Tak berapa lama, kumandang Azan Asar pun terdengar. Saya mengajak rekan untuk menunaikan salat. Di Masjid Kapal ini, tempat untuk salat ternyata ada di lantai 2. Itupun menurut saya tak terlalu luas. Jadi, saya sedikit menyimpulkan jika tempat ini lebih banyak berfungsi sebagai tempat wisata.

Selepas berwudu, saya tan rekan saya menunggu cukup lama untuk memulai salat. Saya sempat bingung kenapa tak ada satupun takmir masjid yang berada di sana seperti kebanyakan masjid-masjid lain. 

Akhirnya, rombongan ibu-ibu pengajian yang berada di barisan saf wanita mulai gusar. Mereka pun menyuruh kami memulai salat secara berjamaah meski tak ada takmir masjid yang hadir.

Rekan saya pun saya dapuk menjadi imam. Tak berapa lama, ada serombongan jamaah pria yang juga ikut salat. Empat rakaat salat asar pun tunai kami laksanakan. Seperti biasanya, saya bersalaman dengan jamaah kiri kanan seperti pada salat jamaah sehari-hari. 

Di samping saya, ada seorang pria muda berkaca mata dan menyalami saya sambil mencium tangan saya. Di sebelahnya lagi, ada seorang paruh baya yang entah mengapa saya merasa tak asing.

Kok pernah tahu ya, tapi di mana?

Pertanyaan itu sedikit timbul dalam hati. Saya memang memiliki kelemahan sukar mengenali orang meski pernah mengenalnya. Saya hanya tahu wajahnya namun jika jarang atau tak pernah bertemu otak saya tidak bekerja dengan baik untuk sekadar memunculkan sebuah nama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun