Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Kenali Jalur Metabolisme Gulanya Sebelum Berbuka dengan yang Manis-Manis

21 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 21 Mei 2019   03:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pro kontra perlu makanan atau minuman manis ketika berbuka memang masih menjadi hal yang diperdebatkan. Dari beberapa literasi, memang ada anjuran untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah. Pertama, tentu kurma basah (ruthab) menjadi hal yang paling diutamakan. Jika tidak ada, barulah kurma kering (tamr). Jika tak ada lagi, maka air putih satu tegukan menjadi alternatif.

Nah, kalau melihat urutan dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, beliau  memang tidak secara eksplisit menyatakan bahwa berbuka harus dengan yang manis-manis. Justru, yang diutamakan oleh Rasulullah adalah buah kurma ini sendiri.

Mengapa kurma?

Pohon kurma diibaratkan sebagai permisalan dari seorang muslim. Daun pohon kurma yang tidak berguguran memberi isyarat bahwa ada keberkahan yang beriringan dari pohon kurma tersebut. Keberkahan ini digambarkan sebagai pribadi seorang muslim yang tetap bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Isyarat kurma yang dijadikan menu utama berbuka puasa sejatinya menggambarkan ia bisa menjadi pengganti energi yang hilang selama puasa berlangsung. Ia menjadi penyempurna keberkahan yang akan sangat dinantikan oleh tubuh kita selama berpuasa.

Lantas, apakah makanan atau minuman manis bisa disejajarkan dengan kurma?

Jawabannya adalah belum tentu. Keberkahan yang dimiliki kurma adalah kunci. Walau kurma berasa manis, namun manisnya kurma tidak bisa disejajarkan  dengan minuman atau makanan manis apapun. Menurut beberapa ulama, manisnya makanan atau minuman manis tidak bisa di-qiyas-kan dengan kurma.

Uniknya, kurma sesungguhnya tidak memiliki kadar kemanisan yang terlalu tinggi. Jika dibandingkan dengan makanan atau minuman lain, kurma memiliki derajat kemanisan sedang. Kadar kemanisan keto kurma masih di bawah jus jeruk, sirup, dan minuman bersoda.

Dari pemahaman ini, maka bisa disimpulkan bahwa anjuran berbuka puasa dengan kurma tidak serta merta bisa disejajarkan dengan makanan manis. Selain tidak bisa di-qiyas-kan, kurma sendiri memiliki kadar kemanisan yang sedang. Tidak sebanyak minuman manis yang digembar-gemborkan dalam iklan sirup, minuman kemasan, atau produk lainnya.

Perbandingan kadar kemanisan beberapa makanan dan minuman manis. - Sumber Docdiet
Perbandingan kadar kemanisan beberapa makanan dan minuman manis. - Sumber Docdiet
Selain derajat kemanisan, hal lain yang membuat berbuka puasa tidak harus identik dengan yang manis-manis adalah kandungan kurma itu sendiri. Mulai dari kadar air, serat kasar, lemak kasar, protein, dan lain sebagainya. Kadar kandungan tersebut di dalam kurma sendiri tentu berbeda dengan makanan atau minuman manis lainnya. Keunggulan kurma adalah mengandung gula yang bervariasi, yakni fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Glukosa inilah yang sangat diperlukan tubuh sebagai penghasil energi.

Sebenarnya, yang dibutuhkan tubuh kita adalah asupan glukosa atau gula darah sehingga bisa menghasilkan ATP atau energi melalui proses glikolisis, siklus krebs, dekarbosilasi oksidasi asam piruvat (DOAP), dan transpor elektron.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun