Mohon tunggu...
ikrom gemilang
ikrom gemilang Mohon Tunggu... Administrasi - PRIA Penyuka Sate

bukan siapa siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Sekularisme dan Teokrasi Kalahkan Pancasila

6 Juli 2020   16:13 Diperbarui: 6 Juli 2020   17:50 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah playing victim yang dihembuskan Politikus PDIP Zuhairi Misrawi kepada Partai Demokrat menandakan koalisi pemerintah tersudutkan atas usulannya mempertahankan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang kemudian nomenklatur menjadi RUU Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP).

Bahkan, politisi partai yang katanya berpihak kepada wong cilik ini menyalahkan sekaligus menyerang Partai Demokrat karena dianggap mengalihkan isu dari RUU HIP atau PIP yang diusulkan oleh PDIP.

Saya dan seluruh rakyat Indonesia mungkin memiliki penilaian yang sama. Demokrat tidak pernah memainkan kartu politik karena sedari awal sudah menolak RUU HIP. Lagipula sudah rahasia umum bahwa PDIP adalah inisiator RUU HIP.

Cinta pancasila yang begitu digembor-gemborkan oleh Pemerintah seakan hilang begitu saja. Tak tampak, apalagi cenderung melemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila yang terdapat di Pancasila dengan adanya RUU HIP atau PIP tersebut.

Sebagai warga Nahdatul Ulama, tidak semestinya Zuhairi bercakap demikian. Kita semua tahu bila partai berlambang benteng moncong putih itu partai yang selama ini terdepan dalam mengukuhkan dan membumikan Pancasila.

Namun, rakyat secara tidak langsung menyadari itu semua hanya langkah politis semata. Kalau dia tidak terima, kenapa tidak sekalian komplain kepada MUI, NU, Muhammadiyah, organisasi lintas agama, akademisi dan forum purnawirawan yang menolak RUU HIP.

Zuhairi yang akrab dipanggil Gus Mus tentu sangat paham mengenai ajaran agama Islam. Sangat bertolak belakang bila Negara Kesatuan Republik Indonesia jauh dari kata Sekularisme. Tidak sesuai dengan istilah yang sering beliau hembuskan ke publik mengenai Teokrasi.

Kalau begitu maka menimbulkan pertanyaan, lebih seram mana antara sekularisme atau Teokrasi?

Bila kita lihat representative dari Sekularisme dan Teokrasi maka dua-duanya bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Teokrasi sendiri memiliki arti dimana negara menganggap bahwa konstitusi, ideologi serta peraturan lainnya ialah berdasarkan nilai-nilai keagamaan.

Salah satu contohnya adalah Arab Saudi yang merupakan negara monarki absolut dan ideologinya menggunakan nilai-nilai ajaran agama Islam.

Sedangkan Sekularisme memiliki arti, ideologi yang menyatakan sebuah Negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Artinya, pemerintah tidak lagi memasukan agama atau kepercayaan dalam membuat serta memutuskan suatu kebijakan untuk kedepannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun