Mohon tunggu...
ikrom gemilang
ikrom gemilang Mohon Tunggu... Administrasi - PRIA Penyuka Sate

bukan siapa siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tuhan pun Tak Merestui Prabowo?

1 Juli 2019   14:23 Diperbarui: 1 Juli 2019   14:36 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya sudah bosan menulis sosok Prabowo Subianto. Tak ada habisnya. Terlebih Ketum Gerindra ini belum juga menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya capres dan cawapres terpilih Joko Widodo-Ma'aruf Amin melalui hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Tak demikian dengan Sandiaga Uno. Kader Gerindra itu akhirnya mengakui dan mengucapkan selamat, meski sempat menyatakan ucapan selamat kepada Jokowi merupakan adat barat bukan adat Indonesia.

Oke, kembali kita bahas Prabowo. Entah apa sebenarnya yang terjadi terhadap seorang Prabowo? Yang benar-benar bersikekeuh untuk tidak mengucapkan selamat kepada pasangan rivalitasnya tersebut. Yang nyata-nyata sudah dimenangkan dari hasil keputusan MK yang bersifat mengikat itu. Hasil keputusan yang sudah berlangsung beberapa waktu lalu itu sudah nyata ketuk palu, tanda ditolaknya gugatan tim hukum pihak BPN. Namun tak terdengar adanya ucapan selamat dari beliau.

Harapan saya, ketum Gerindra tersebut mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi-MA seperti layaknya etika kontestasi Pilpres dimanapun.

Bukannya menerima hasil keputusan MK, beliau malah menyampaikan pidato dengan narasi yang sangat ambigu. Di satu sisi menghormati keputusan MK tapi tetap akan berkonsultasi dengan penasehat hukumnya untuk mencari hukum lagi dengan cara yang menurut saya percuma dilakukan. Begitu gengsikah atau apalah namanya sehingga tidak jua mengakui kekalahan?

Sangat disayangkan memang. Sejak awal saya merupakan orang yang begitu respect terhadap beliau. Namun kini saya sangat kecewa. Seorang yang katanya negarawan tidak menerima hasil yang ditetapkan melalui konsitusi tertinggi di tanah air. Dan Prabowo, menurut saya, sudah sangat kehilangan momentum emas untuk dicatat dalam sejarah sebagai seorang tokoh yang punya jiwa kenegarawanan dan sportifitas yang tinggi.

Seandainya Prabowo kemaren malam secara rendah hati langsung mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Jokowi-MA serta menghimbau kepada para pengikutnya untuk taat kepada konstitusi, dia akan mendapatkan apresiasi dari pihak manapun.

Hal ini diperkuat tidak adanya jiwa kesatria dari mantan Dankopasus berpangkat bintang tiga tersebut dari ketiga kontestasi Pilpres 2009 (sebagai cawapres), 2014 dan 2019 dia selalu tidak pernah menunjukkan jiwa kesatria yang sportif secara spontan. Sikap "ngeyel" merasa menang dan kemudian membuat drama panjang ketidak legowoan meskipun ujungnya dia tetap menyerah kalah.

Sikap yang ditunjukkan oleh Prabowo bukan pembelajaran yang baik bagi perkembangan demokrasi di negeri ini. Sifat "ego-chauvinistic" yang merasa paling benar, paling hebat, paling didukung rakyat membuat dia tidak pernah bisa menerima realita bahwa kenyataannya mayoritas rakyat Indonesia tidak pernah menghendaki Prabowo menjadi pemimpin di negeri ini. Kenyataan ini bisa dimaknai bahwa Tuhan pun tidak pernah merestui Prabowo mendapatkan amanah rakyat untuk menjadi pemimpin Indonesia.

Drama panjang Pilpres sudah berakhir. Apapun sikap Prabowo nanti tidak akan punya dampak sekecil apapun terhadap kemenangan secara konstitusional Jokowi dan KH Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wapres Indonesia tahun 2019 -- 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun