Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, umumnya kita pernah mengalami mempunyai mata pelajaran favorit. Apalagi ketika kita masih duduk di bangku SD hingga SMA, umumnya kita mempunyai kesukaan mata pelajaran tertentu. Misalnya ada yang suka olahraga, musik, seni menggambar, hingga sampai matematika dan bahasa Inggris. Alasannya pun beragam, ada yang karena gurunya baik, murah senyum, mudah dimengerti, gurunya cantik, ganteng dll.
Pelajaran matematika, selain pada kebanyakan anak dirasakan susah, gurunya pun dianggap galak oleh kebanyakan murid. Pelajaran olahraga banyak disenangi murid karena biasanya secara alami lebih bebas berekspresi, berteriak, tertawa, bergerak bebas. Untuk anak - anak yang tidak terlalu suka beraktifitas olahraga alias mager (malas gerak), pelajaran musik menjadi salah satu kesenangan tersendiri. Selain karena merasakan keindahan dalam rangkaian nada dan suara, juga dapat memberikan ketenangan dan relaksasi tersendiri.
Dalam suatu studi, ternyata bermain musik dapat membantu perkembangan kognitif seseorang. Menimbulkan perasaan senang, gembira dan rasa - rasa positif lainnya. Maka tak heran pelajaran musik menjadi pelajaran favorit bagi para anak - anak. Bahkan pada suatu penelitian lain, disebutkan bahwa pelajaran musik dapat meningkatkan prestasi anak - anak. Jika pelajaran musik diberikan oleh pengajar yang mencintai dunia pendidikan sekaligus mencintai anak - anak, akan menjadikan pelajaran musik menjadi pelajaran yang menyenangkan. Inilah salah satu alasan anak - anak menyukainya.
Ketertarikan maupun bakat musik pada anak - anak dapat diamati dalam kesehariannya mereka. Apakah mereka senang mendengarkan lagu, dapat ikut bernyanyi atau memukul mukul meja, bertepuk tangan mengikuti tempo, bila ada drum apakah mereka dapat mengekspresikannya dengan pukulan - pukulan yang mendekati dengan beat drum lagu, bila mempunyai keyboard, piano, organ, apakah bisa membunyikan rangkaian tuts (sederhana dan pendek) menyerupai musik / lagu.Â
Nah berangkat dari situ, kita bisa menggali lebih dalam lagi, instrument musik apakah yang lebih cocok buat perkembangan anak. Bisa juga dibantu oleh tenaga pengajar musik untuk mengetahuinya.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai pengajar, menyukai musik sudah dimulai dari sejak dari usia 2 tahun, namun mungkin saja ada yang dari usia 1 tahun. Namun, untuk sampai dalam tahap mengerti musik (tempo, ketukan, nada), kebanyakan baru usia 5 tahun ke atas. Sedang untuk mengikuti les musik, rata - rata usia 6 atau 7 tahun, dimana anak - anak sudah bisa lebih fokus, lebih memahami instruksi, mulai bisa mengatur kordinasi anggota badan (secara sederhana) dan postur tubuh mereka mulai dapat menjangkau kelengkapan instrument (misalnya pedal drum, pedal piano).
Sama halnya dengan pelajaran lainnya yang dapat diberikan atau diajarkan ulang melalui bimbel atau les, pelajaran musik juga banyak diberikan dalam bentuk les musik, baik di sekolah musik maupun dberikan secara privat (biasanya guru datang ke rumah murid). Pengajaran musik di kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing. Misalnya, kelebihan bersekolah di tempat kursus musik : murid secara langsung maupun tidak langsung diarahkan fokus terhadap kegiatan (desain ruangan, suasana kelas, keberadaan murid lain, peralatan, dll dapat mendukung kondisi tersebut), memiliki program belajar mengajar terstruktur dalam bentuk buku, rencana perfomance dan lain sebagainya. Sedang kekurangannya, misalnya : durasi les yang lebih sebentar (biasanya 30 menit), jadwal yang ketat (baik hari dan jamnya) dimana durasi les harus mulai dan berakhir sesuai jadwal, pemberian materi terkadang kurang flexible, karena terlalu mengikuti acuan buku.