Mohon tunggu...
Muhammad IkhsanIskandar
Muhammad IkhsanIskandar Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa IAIN Samarinda

Penulis yang baru belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Hukum yang Tak Lagi Bernilai

24 Oktober 2019   13:19 Diperbarui: 24 Oktober 2019   13:46 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makin berkembangnya teknologi seharusnya membuat orang terlihat lebih pintar. Tetapi, sampai hari ini justru makin berkembangnya teknologi pun diikuti dengan semakin berkembangnya kejahatan yang dilakukan melalui jaringan teknologi, misalnya seperti medsos, carding, ataupun penyebaran hoax yang makin marak dilakukan. Mereka lakukan kejahatan itu seakan hukum sudah tak berlaku lagi. Mereka lakukan kejahatan itu seakan hukum hanyalah sebatas omong kosong pemerintah.

Hukum pada hakikatnya bersifat mengikat. Yang di mana seluruh kehidupan masyarakat telat diatur dalam undang-undang. Namun, seiring berjalannya waktu hukum seakan tak lagi berlaku, tak lagi menjadi "sosok" yang menakutkan. Hukum di era sekarang seakan hanyalah menjadi omongan tanpa pembuktian. 

Mengapa begitu? Bisa kita lihat fakta yang ada, sejak tahun 2004 hingga 2019, setidaknya sudah ada sekitar 124 kepala daerah yang berhasil ditangkap oleh KPK. Belum ditambah dengan anggota DPR yang ikut terlibat dalam kasus korupsi dan suap. Para tikus-tikus itu seakan menjadikan korupsi adalah sebuah tradisi untuk dilakukan setiap tahunnya, dan seakan merasa memiliki power yang lebih kuat daripada hukum membuat mereka mampu lepas dari jeratan hukum dengan mudah.

Tak hanya korupsi, kejahatan-kejahatan lain pun ikut andil dalam "meremehkan" hukum. Contohnya, seperti kejahatan yang dilakukan melalui teknologi, pemerkosaan, perampokan sampai dengan pembunuhan, yang hampir selalu ada. Apa penyebabnya? Krisis ekonomi, nafsu yang tak terbendung, sampai dengan dendam kesumat. Jika memang hukum menakutkan, lalu kenapa kejahatan-kejahatan seperti itu masih selalu muncul beritanya bahkan sampai memakan korban?

Lalu, siapa yang salah?

Seorang mantan hakim, Harold Rothwax, telah menulis buku berjudul Guilty-The Collapse of the Criminal Justice System. Menurut Rothwax, di Amerika orang-orang sudah tidak lagi mencari keadilan, melainkan mencari kemenangan dengan segala cara.

Contohnya, yang terjadi dalam kasus O.J. Simpson yang disebut-sebut sebagai "Pengadilan Abad Ini." Para pengacara Simpson yang handal dan mahal bukan berkonsentrasi untuk membuktikan ketidaksalahan Simpson, melainkan pada kecerobohan polisi sehingga tim advokat Simpson berhasil mempengaruhi para juri.

Maka dari contoh di atas, bisa kita simpulkan bahwa hukum sendiri mampu dikalahkan dengan sangat mudah hanya dengan sebuah kekayaan serta melalui kesalahan dari orang lain. Lalu, apakah benar hukum itu menakutkan?

Saya tak ingin menyalahkan polisi yang tak tegas dalam menegakkan hukum, saya pun tak ingin menyalahkan hakim dalam menuntut keadilan. Yang ingin saya salahkan adalah sikap dan sifat mereka. Sikap hakim yang sangat mudah disuap dalam mengadili, begitupun sikap polisi yang juga mudah untuk disuap.

Lalu, mau sampai kapan melihat penindasan terus menerus? Bukankah hilangnya kekuatan hukum adalah sebuah tindakan penindasan bagi kaum bawah? Misalnya, seorang nenek yang dituntut karena mencuri sebuah singkong milik tetangganya. Mengapa hanya bagi golongan masyarakat bawah yang selalu terkena paitnya dari hukum? Apakah manusia kita sudah kehilangan rasa empati dan iba? Kemana janji-janji wakil rakyat yang ingin mensejahterakan rakyat?

Hukum tetaplah hukum. Aturan tetaplah aturan. Tak akan ada yang bisa menandingi kekuatan hukum sampai kapan pun. Hukum akan terus tegak berdiri, hukum akan terus membela kaum lemah, hukum akan terus menunjukkan bahwa keadilan itu ada. Namun, rasanya ingin tertawa melihat kenyataan yang ada sekarang. Alih-alih menegakkan hukum, justru malah terlihat sedang memainkan hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun