Mohon tunggu...
Muhammad Ikhsan Hidayat
Muhammad Ikhsan Hidayat Mohon Tunggu... Seniman - Penulis lepas, Peneliti di Pon Pes Dar al-Qolam Semarang

Hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terorisme Dianggap Kekinian?

20 April 2021   21:35 Diperbarui: 20 April 2021   22:21 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dua kejadian di Makassar dan di Jakarta yang beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan oleh banyak kalangan seharusnya menjadikan kita semakin sadar. Bahwa itu merupakan tindak kejahatan atas nama 'perjuangan' yang tidak mencerminkan nilai-nilai agamis. Sebab, agama manapun tidak membenarkan aksi teror. Segala bentuk terorisme adalah sesuatu yang harus dikubur dalam-dalam. Jihad tidak dengan cara seperti itu, agama dan negara tidak mengajarkan orang di dalamnya melakukan aksi teror.

Harapan kita, dulu, dipenghujung tahun 2020 yakni negeri ini berlangsung aman, damai, dan terbebas dari ancaman terorisme dan radikalisme. Namun, seakan tak pernah surut, kita masih saja dihadapkan dengan kejahatan yang demikian. Dari peristiwa itu, yang menjadi perhatian adalah ketika pemuda yang menjadi tulang punggung negara tak mau kalah terlibat. Entah atas suruhan siapa, atau karena terkena doktrin apa? Saya tidak tahu pasti kebenarannya. Yang jelas, akan berbahaya ketika telah merambat kepada pemuda.

Pemuda dan karakter Bangsa 

Indonesia merupakan bangsa yang besar, di dalamnya  terdapat berbagai suku, agama, ras, dan budaya. Namun yang tak kalah penting ialah bagaimana pemuda yang ada di suatu negara itu bisa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Sebab, pemuda merupakan aset berharga bangsa, pemuda merupakan pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Maka dari itu, maju tidaknya suatu negara juga dipengaruhi oleh pemudanya, ketika pemudanya baik, maka akan maju suatu negara. Begitupun sebalilknya, ketika pemudanya buruk, maka negara akan mengalami kehancuran.

Melihat aktivitas pemuda saat ini, maka kita perlu bersyukur, karena pemuda saat ini telah banyak berperan di lingkungannya, juga menjadi pencipta, dan lain sebagainya. Namun, bagaimana ketika ada pemuda yang kurang memahami tuga dan tanggungjaabnya sebagai pemuda. Bahwa pemuda sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa diantara harus memiliki sikap disiplin tinggi dan semangat dalam belajar.

Fenomena yang terjadi saat ini, ketika perhatian kita tertuju pada pemuda,  masih ada yang masih belum memahami peran pentingnya di masa depan. Wajar memang ketika generasi yang disebut dengan anak milenial ini yang masih belum jelas arah dan tujuannya, mereka masih dengan mudahnya terpengaruh oleh sesuatu yang menjadi idolanya. Padahal masing-masing punya batasan-batasan. Maka, pentingnya menanamkan jiwa-jiwa agamis nasionalis, serta pembentukan karakter dalam tiap individu.

Juga karena masih salah dalam memahami suatu perkara, yang bersumber dari pihak ynag belum tentu julas pula, maka ini akan begitu berbahaya bagi pertumbuhan dan juga berpengaruh pada cara berpikir mereka. Mestinya dibekali dengan akhlak yang baik, malah rusak akhlaknya. Lagi kita dihadapkan oleh masalah yang menjadi masalah bersama yakni penanaman akhlak terpuji. Bukankan Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak? Maka ketika mengikutti ajaran rasul, maka sebisa mungkin dari kita untuk menjaga perilaku.

Ketika ada pertanyaan seperti apakah kekinian itu? Terutama ketika disandarkan kepada pemuda? Ialah yang mengikuti perkembangan zaman. Tidak bisa disalahkan tentang adanya pendapat mengikuti perkembangan zaman, itu sangat perlu. Tapi perlu diingat batasan-batasan yang kiranya itu oleh agama. Namun diingat juga tentang bagaimana dengan status kita, yang menjadi abdullah (hamba allah) yang sekaligus khalifah fi al-ard? Apakah akan terus berbuat kerusakan? Atau senantiasa berbuat kebaikan?

Untuk itu, agar tidak terjadi lagi tau setidaknya dapat mengikis problem yang terjadi saat ini, ialah dengan moderasi beragama. Dimaksudkan agar segala bentuk tindakan saling menyalahkan, mencaci dan lain sebagainya dapat teratasi. Hidup damai dan kasih sayang itu indah. Sehingga begitu pentingnya moderasi beragama khususnya bagi kaum milenial, agar memiliki cara pandang dan sikap yang jauh dari kata ekstrem dalam beragama.

Selain itu, pemahaman yang benar terhadap sesuatu perkara juga penting. Salah itu wajar, tapi kalau salah terus, dan sampai menjadi karakter, maka itu tidak dibenarkan. Kedepannya akan berujung pada nasib suatu bangsa. Harapan kita semua, Indonesia menjadi negara maju, masyarakat yang ada di dalamnya menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan walaupun pada dasarnya berbeda, alangkah damainya menetap di negara yang penuh kedamaian. 

Semakin terkikis, bahkan tidak ada lagi tidak kekerasan, aksi teror yang mengatasnamakan kelompok jihad dan lain sebagainya. Pemahaman mendalam sejak dini tentang moderasi agama perlu dilakukan. Nah sebelum sampai ke luar, kita kuatkan dulu dari dalam. Yakni memanfaatkan fungsi keluarga dalam upaya pembentukan karakter positif. Wallahu a'lam bi al-shawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun