Mohon tunggu...
Ikhsan AlviandiYusup
Ikhsan AlviandiYusup Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

apa aja harus diisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2021 Meningkatkan Minat Literasi Siswa SD Menggunakan Buku Komik

3 Oktober 2021   02:09 Diperbarui: 3 Oktober 2021   06:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak dari Pandemi Covid-19 dalam bidang pendidikan secara global berdasarkan laporan United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 20 April 2020 sudah 191 negara menutup satuan pendidikan dengan 1,575,270,054 peserta didik terdampak. UNESCO juga menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 mengancam 577.305.660 pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan 86.034.287 pelajar dari pendidikan tinggi di seluruh dunia (Pujiastuti, 2020). Pandemi Covid-19 di Indonesia memberikan dampak kepada 646.192 satuan pendidikan, 68.801.708 peserta didik, dan 4.183.591 pendidik mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini sampai Pendidikan Tinggi, Pendidikan Khusus, Pendidikan Vokasi, Pendidikan Masyarakat, Kursus dan Pendidikan Keagamaan (Kemendikbud, 2020).

Berbagai media yang pada akhirnya diterapkan oleh tenaga pendidik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh. Akan tetapi, dengan sistem pembelajaran jarak jauh tidak menutup kemungkinan akan timbulnya beberapa masalah-masalah dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, peserta didik maupun tenaga pendidik diharuskan memiliki akses jaringan internet yang baik. Namun, banyak daerah-daerah memiliki akses internet yang kurang baik atau tidak lancar sehingga menjadi kendala berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan baik. Selain itu, tidak sedikit peserta didik yang tidak mendapatkan hasil pembelajaran secara maksimal. Baik dari materi pelajaran maupun penugasan-penugasan yang diberikan oleh tenaga pendidik selama pandemi berlangsung (Wulandari, 2020). Padahal pendidikan akan menjadi ujung tombak dalam pembangunan negara.

Di era pendidikan 4.0, minat baca siswa khususnya siswa di level sekolah dasar perlu ditingkatkan (Wulanjani & Anggraeni, 2019). Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan menuntut setiap siswa memiliki kemampuan baca dan tulis yang lebih, dengan tujuan agar siswa memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman. Kemampuan membaca memiliki andil dan merupakan salah satu penentu sukses tidaknya seseorang, hal ini disebabkan karena semua akses informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki selalu berkaitan dengan kegiatan membaca (Rohman, 2017).

Indonesia dihadapkan kepada kenyataan kurang menggembirakan tentang rendahnya perolehan skor tes PISA (Programme for International Student Asessment). Gambaran perolehan peringkat Indonesia dalam evaluasi PISA mengalami penurunan. Sejak empat tahun terakhir, posisi Indonesia menurun di semua bidang yang diujikan: membaca, matematika, dan sains. Pada 2018, ada total 79 negara yang berpartisipasi, dengan jumlah peserta didik ada 600 ribu orang yang berpartisipasi dari seluruh dunia. Berdasarkan laporan PISA akhir tahun 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Tiga skor untuk aspek membaca, matematika, dan sains mengalami menurun dari tes PISA 2015. Hasil perolehan skor pada tahun 2015 untuk skor membaca Indonesia ada di peringkat 65, matematika peringkat 66, dan sains peringkat 64. Bahkan diantara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia berada paling bawah bersama Filipina yang mendapat peringkat terakhir dalam membaca dan skor sebelum terakhir di dua bidang lain.

Dengan melihat kondisi tersebut maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan sebuah gerakan membaca dalam wadah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. GLS yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2013 ini bertujuan agar membantu siswa dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan serta berkelanjutan guna mewujudkan sekolah menjadi organisasi pembelajar yang memiliki warga literat sepanjang hayat dengan melibatkan masyarakat (Sadli & Saadati, 2019). Salah satu tujuan dari gerakan literasi sekolah ini adalah meningkatkan kesadaran siswa bahwa membaca itu sangat penting serta membawa wawasan yang lebih luas (Dharma, 2013).

Minat merupakan kecenderungan untuk dan menyukai beberapa kegiatan, jika seseorang berminat terhadap suatu kegiatan maka dia akan memperhatikan dan mengikuti kegiatan tersebut dengan senang (Hendrayanti, 2018). Minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak agar mereka tertarik, memperhatikan dan senang pada kegiatan membaca sehingga mereka mau melakukan kegiatan membaca atas kemauan sendiri (Hendrayanti, 2018).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat baca pada anak, antara lain keluarga dan lingkungan di luar (Pradana, 2020). Rendahnya minat baca disebabkan oleh beberapa hal diantaranya mahalnya harga buku dan terbatasnya fasilitas terpustakaan (Pradana, 2020). Dampak negatif dari perkembangan teknologi gadget dapat mengurangi kebersamaan dan interaksi serta komunikasi secara langsung antar individu. Peserta didik lebih tertarik untuk bermain game online melalui gadget daripada membaca buku. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya minat peserta didik untuk membaca (Pradana, 2020).

Salah satu upaya peningkatan kemampuan literasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara membiasakan siswa untuk membaca. Agar siswa mau dan terbiasa dengan kegiatan membaca, perlu dirancang kegiatan membaca yang menyenangkan dan menarik minat siswa. Media bacaan yang menyenangkan dan menarik bagi siswa salah satunya adalah komik. Konten komik yang menghibur, menjadikan komik sebagai bahan bacaan yang tidak hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Komik adalah salah satu bacaan populer, yang berisi rangkaian gambar-gambar dengan balon-balon teks yang membentuk sebuah cerita. Seperti yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2013, hlm. 410) bahwa "Gambar dalam komik merupakan gambar-gambar statis yang berurutan yang saling berkaitan satu dengan yang lain yang membentuk sebuah cerita." Komik termasuk ke dalam media gambar diam yang umumnya ditemui dalam bentuk cetak atau non cetak berbasis internet

Komik memiliki fungsi awal sebagai media hiburan, namun dapat diramu menjadi suatu bahan bacaan yang edukatif, yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Seperi dinyatakan oleh Mayer (1989, hlm. 244) bahwa "...illustration can affect the cognitive proccessing of the reader". Komik merupakan media gambar bercerita, yang memungkinkan siswa akan lebih terbantu dalam proses memahami materi. Seperti pernyataan Bauer (2005, hlm.15) bahwa "cerita membantu kita memahami dunia. Cerita mengajarkan apa yang mungkin terjadi...". Klasifikasi komik ada dua yaitu dilihat berdasarkan segi bentuk dan isi cerita. Dilihat dari segi bentuk atau format, komik secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu komik potongan atau komik strip, komik buku dan komik online. Sedangkan berdasarkan isi cerita, dibagi menjadi tiga jenis, yaitu komik fiktif, komik biografi dan komik ilmiah. Keunggulan komik adalah dapat menyajikan suatu pesan atau informasi melalui sebuah cerita yang disajikan dalam bentuk rangkaian gambar dan balon-balon teks. Sehingga para pembaca terutama siswa akan terpancing motivasinya untuk membaca dan belajar.

Sebagai bukti nyata UPI turut serta dalam program peningkatan indeks literasi nasional, KKN tematik gelombang 2 diarahkan kepada program literasi yang akan dilaksanakan dalam ranah keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Implementasi programnya akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan oleh mahasiswa peserta KKN kepada individu-individu yang ada dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun