Mohon tunggu...
Ikhlas Tawazun
Ikhlas Tawazun Mohon Tunggu... Freelancer - instagram/twitter: @tawazunikhlas

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mudik Kok Masih Ribut?

12 Juni 2018   19:59 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:14 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di minggu terakhir bulan Ramadhan, menjelang perayaan Idul Fitri, sudah menjadi tradisi bagi kita di Indonesia untuk melakukan acara pulang sebentar ke kampung halaman, atau yang lazim disebut sebagai mudik. Mudik mempunyai tujuan mulia yang selaras dengan pesan Idul Fitri, yaitu menjalin silaturahmi dengan sanak saudara di kampung halaman.

Tapi ada sesuatu yang berbeda---dan mungkin mengganggu---di mudik tahun ini. Di beberapa titik di jalan yang ramai digunakan oleh pemudik terlihat bermacam-macam poster bernada politis, ada yang pro-pemerintah dan ada yang pro-oposisi.

Poster pro-pemerintah misalnya, mengingatkan para pendukung #2019gantipresiden bahwa Mereka sedang melewati jalan tol yang dibangun Pak Jokowi. Tidak mau kalah, kubu oposisi juga menghimbau para pendukungnya untuk membunyikan klaskon kendaraannya sebanyak tiga kali, untuk menunjukkan dukungan kepada #2019gantipresiden dan dengan harapan klakson tiga kali bisa menjadi tren seperti klakson telolet yang sempat viral tahun lalu.

Jelas fenomena ini adalah ekses dari pilpres 2014. Pilpres 2014 yang hanya diikuti oleh dua paslon yang hampir sama kuat membuat masyarakat terpolarisasi menjadi dua kubu. Sayangnya, polarisasi ini sampai sekarang masih diteruskan dan akibatnya---setelah Saya amati---berefek buruk.

Bangsa kita yang dikenal ramah ini mendadak menjadi garang terhadap saudaranya sendiri. Media sosial ramai dengan perang tagar #2019gantipresiden dan #2019tetapjokowi, lengkap dengan tuduhan-tuduhan tendensius yang dilayangkan ke pihak lawan. 

Para pendukung masing-masing tagar lalu membuat baju dan bahkan lagu mereka masing-masing, yang isi dari lagunya mengolok-olok lawan politiknya. Dan yang paling baru, sekarang momen mudik juga tidak lepas dari perang poster kedua kubu.

Saya menduga keras, apabila pendukung oposisi melihat poster pro-pemerintah, maka seketika mereka akan merasa 'gondok' dan langsung mengeluarkan ribuan sanggahan, cercaan, atau bahkan fitnah terhadap pemerintah yang Ia benci. Menunjukkan betapa mudahnya ujaran kebencian keluar dari mulut seseorang.

Hal yang sama juga mungkin terjadi kepada pendukung pemerintah. Apabila pendukung pemerintah melihat ada mobil bertempelkan stiker #2019gantipresiden dan membunyikan klaksonnya tiga kali melewati jalan tol bikinan Jokowi, pasti merasa kesal tak terkira sambil menyumpah-nyumpahi mobil tersebut. Memperdengarkan kata-kata yang tidak layak didengar kepada orang disekitarnya.

Nah, kira-kira fenomena tersebut patut atau tidak? Apakah orang yang suka memfitnah itu baik? Apakah menyumpah-nyumpah itu kebiasaan yang baik?

Jawaban Saya adalah tidak. Saya harap Anda juga demikian.

Oleh karena itu, mari Kita hentikan keributan ini. Mari Kita rehat barang sejenak dari ketegangan politik yang melelahkan ini, apalagi Idul Fitri sudah didepan mata. Mari gunakan momen Idul Fitri sesuai peruntukannya, yaitu saling memaafkan kesalahan dan mempererat silaturahmi, bukannya saling mencari kesalahan dan memusuhi.

Selamat Idul Fitri 1439 H dan,

Selamat Mudik 2018, semoga selamat sampai tujuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun