Mohon tunggu...
I Ketut Sudarsana
I Ketut Sudarsana Mohon Tunggu... Dosen - Abdi Negara pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Adapun alamat email iketutsudarsana@uhnsugriwa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Mahalnya Parkir Pesta Kesenian Bali Tahun 2016

13 Juni 2016   17:21 Diperbarui: 13 Juni 2016   20:18 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta Kesenian Bali atau yang sering disingkat PKB dilaksanakan secara rutin setiap tahun yang bertujuan melestarikan, mengembangkan serta mempromosikan kesenian Bali. Pesta Kesenian Bali dimulai pada tahun 1979, pencetusnya adalah Gubernur Bali ke 6, almarhum Ida Bagus Mantra. Di awal adanya PKB, diadakan selama 2 bulan, dari tanggal 20 Juni 1979 sampai dengan 23 Agustus 1979. Dalam pelaksanaannya PKB, segala bentuk seni yang ada di pulau Bali menjadi berkembang. Tentunya perkembangan kesenian yang ada di Bali sangat berpengaruh dalam perkembangan pariwisata pulau Bali.

Saya adalah salah satu pengunjung setia yang tahun lalu saja menyempatkan diri datang hampir 17 kali ke art center. Itu untuk PKB saja, belum Bali Mandara Mahalango maupun pentas akhir minggu yang dilaksanakan rutin.  Tidak hanya saya saja, animo masyarakat Bali untuk datang ke Art Center, tempat pelaksanakan PKB pun tidak pernah surut setiap tahunnya. Kedatangan ini tentu menggunakan perbagai alat transportasi seperti mobil, sepeda motor dan lain sebagainya.

Dampak dari membludaknya masyarakat untuk datang ke art center telah menarik lembaga atau warga untuk menyediakan tempat parkir. Hampir sepanjang jalan Hayam Wuruk dan Nusa Indah lembaga atau warga memanfaatkan lahan miliknya untuk dipakai tempat parkir. Dalam pengetahuan saya terdapat  3 (tiga) parker dengan sekala luas, yakni kampus ISI Denpasar, Banjar Kedaton dan RRI Denpasar. Masing-masing mengenakan tarif yang hampir seragam, yakni 3 ribu rupiah pada tahun 2015. Itu pun tidak termasuk parkir dijalanan dan dilahan pribadi yang tarifnya dapat lebih mahal seperti dimuat oleh Tribun Bali pada Senin, 30 Juni 2014 dengan judul berita “Pengunjung PKB Keluhkan Parkir Mahal, Rp 5.000 untuk Roda Dua”. 

Khusus PKB tahun 2016 ini, sesuai pengalaman saya datang dihari ke-2 ke art center untuk menyaksikan pentas drama gong ternyata tarif parkir di kampus ISI telah naik menjadi 5 ribu rupiah untuk sepeda motor dan 10 ribu rupiah untuk mobil. Sepanjang perjalanan dari parkir ke arena PKB, banyak saya mendengar keluhan akan mahalnya tarif parkir tersebut. Dan saya tentu tidak akan ngedumel dijalan karena pasti tidak akan didengar oleh para petinggi/penguasa parkir tersebut. Jalan tulisan inilah yang saya pilih untuk menyampaikan aspirasi yang harapannya semoga didengar oleh “Yang Di Atas”.

Mengutip pernyataan Presiden yang hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengatakan bahwa Pesta Kesenian Bali bukan semata-mata pesta rakyat ataupun festival seni. “Melainkan juga satu kegiatan yang memiliki fungsi budaya, memiliki fungsi pendidikan dan fungsi menggerakkan ekonomi masyarakat, utamanya rakyat Bali”.

Kalimat “menggerakkan ekonomi masyarakat” tentu sangat benar, karena sepanjang pelaksanaan PKB, selain pertunjukan seni juga dilengkapi oleh stan kuliner, pasar rakyat dan penyediaan lahan parkir.  Namun khusus lahan parkir, patut diingat bahwa masyarakat yang datang ke art center dari semua kalangan, bahkan kebanyakan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bapak Gubernur, Wakil Gubernur dan SKPD yang hadir menyaksikan drama gong dihari ke-2 PKB ini tentu tidak membayar parkir, sehingga sangat wajar tidak mengetahui mahalnya tarif parker tersebut. Jika mengacu kenaikan tarif parkir dari 3 ribu tahun lalu dan sekarang 5 ribu, maka dapat ditebak tahun depan akan mencapai 7 ribu. Sehingga pertanyaannya “apa yang dipakai acuan kenaikan tersebut?” Padahal harga BBM saja sudah turun. Semua kemudian bisa menghitung berapa pemasukan pengelola parkir, terutama di 2 lokasi strategis yakni kampus ISI dan Banjar Kedaton.

Bagi saya alangkah baiknya memperhatikan kondisi masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya berpikir akan keuntungan semata. Semoga tulisan singkat ini ada yang membaca dan tarif parkir di tahun depan tidak mengalami kenaikan lagi. Salam Rahayu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun