Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Money

Di Balik Corona Ada Harapan

15 April 2020   13:55 Diperbarui: 15 April 2020   13:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan oleh pemerintah di sejumlah wilayah seperti DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 bukanlah karantina wilayah atau lockdown apalagi darurat sipil.
Pertimbangan ini dipilih pemerintah dengan tujuan penyelamatan warga negara dari korban virus Covid-19 dan penyelamatan dari ancaman krisis ekonomi.

Dampak dari penerapan PSBB misalnya terjadi pembatasan jam operasi sejumlah aktifitas perekonomian seperti mall sehingga cukup banyak mengistirahatkan bahkan memPHK karyawannya.

Kementerian Tenaga Kerja telah mencatat ada kurang lebih 1,5 juta pekerja kehilangan pekerjaannya diberbagai sektor termasuk hotel dan restoran.

Menghadapi dan mengatasi Covid-19 sejatinya pemerintah telah menggelontorkan 405 triliun dari realokasi APBN untuk penanganan kesehatan dan jaring pengaman sosial seperti listrik gratis bagi pengguna kapasitas 450 VA, diskon 50% bagi pengguna kapasitas 900 VA, menambah jumlah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, Kartu Prakerja, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Proyek Padat Karya Tunai (PKT), insentif pajak dan relaksasi pembayaran kredit.

Dengan demikian dalam situasi pembatasan aktifitas tersebut masyarakat terdampak dapat menerima manfaat dalam beberapa bulan kedepan.
Lalu pertanyaannya sampai kapan Covid 19 ini akan berakhir?

Para ahli menyebutkan wabah Covid 19 di Indonesia belum mencapai puncak pandemi. Artinya bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi gelombang kedua pandemi virus Covid 19 jika sistem penanganannya melemah dan masyarakat tidak disiplin dengan anjuran protokol minimum seperti wajib menggunakan masker jika harus keluar rumah. Belum lagi dalam waktu dekat mayoritas masyarakat Indonesia akan menyambut Idul Fitri dengan tradisi mudik.

Menurut analisa Forecast Global EIU, akibat pandemi Civid-19 gambaran ekonomi global tampak suram, dengan resesi di hampir setiap ekonomi negara maju di seluruh dunia.

Pandemi virus Covid-19 membawa hampir seluruh negara-negara G20 jatuh ke jurang resesi (Kompas, 31/3/2020).

Ekonomi global sendiri diprediksi akan terkontraksi sebesar 2,2 persen. The Economist memprediksi pertumbuhan PDB riil pada tahun 2020 berada di angka 1 persen.

Data The Economist memperlihatkan, hanya 3 negara-negara G20 yang diprediksi masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif sepanjang 2020 yakni Indonesia, China dan India.

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan berada di angka 1 persen pada 2020 dari yang sebelumnya 5,9 persen.
India berada di angka 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,9 persen. Sementara Indonesia masih tumbuh 1 persen dari 5,1 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun