Mohon tunggu...
Andi Hasliyati Ike Safitri
Andi Hasliyati Ike Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penikmat Sunyi---Tahaddust Binni`mah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru, Mendidik dengan Hati dan Keteladanan

8 Maret 2021   12:45 Diperbarui: 8 Maret 2021   14:08 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Profesi sekaligus wadah mewakafkan diri kepada cita-cita Bangsa dan Agama, beramal sebagai amalan akhirat, dan berproses untuk pembentukan wajah peradaban. Ada banyak cerita menjadi catatan penting, tentang nilai-nilai Islam dan keteladanan yang ditanamkan kepada generasi, membangun semangat lillah, dan acuan bagi keberlangsungan kehidupan bangsa yang bermartabat, tentunya sebagai landasan kritis tentang nasib Bangsa dan Agama di masa mendatang.

Menjadi guru maka peran dasarnya adalah mendidik, bukan semata rangkaian proses menyampaikan atau mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik. Jauh daripada itu, mendidik adalah bentuk prinsip yang menyangkut ranah nurani dan usaha sadar dalam pembentukan keteladanan, pola pikir dan nilai akhlak atau karakter. Karena menjadi guru berarti menjadi cerminan idealisme yang menyangkut sisi nasib kemanusiaan, yaitu mengabadikan kemampuan diri, jiwa, gerakan dan pikiran dalam mewujudkan masa depan suatu agama dan bangsa yang lebih baik. 

Sejalan dengan hal ini, sebagaimana telah dijabarkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara."

Ada hal yang paling mendasar setelah skill dan kompetensi yang tentunya menjadi efek besar tatkala mengambil tanggungjawab sebagai guru, yaitu menyangkut nilai ketulusan dan keikhlasan sebagai bentuk panggilan hati, keseriusan, dan ketekunan mendesain kepribadian Bangsa dan Agama untuk kebaikan sebuah generasi. Sebuah strategi mulia menyangkut nilai pengabdian untuk mampu mencintai profesinya sebagai seorang pendidik.

Mendidik dengan hati, menjadi pembahasan yang abstrak dengan bermacam tawaran rasa yang beragam pula tatkala menghadapi berbagai karaktek dan mental peserta didik, serta menjadi tantangan sekaligus PR besar bagi seorang guru. Namun dibalik semua itu, menjadi seorang guru tetap menjadi sosok yang cerdas dalam mengatur waktu dan emosinya untuk sebuah pencapaian misi besar dalam roh edukasi dan keteladanan. 

Selain itu, mendidik dengan hati berarti memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengekspresikan suasana belajar yang lebih hidup dan nyaman sehingga secara tidak langsung peserta didik akan termotivasi untuk menggali kemampuan dirinya yang lebih baik, ini juga sejalan dengan konsep pembelajaran bermakna, dimana belajar bukan semata tentang proses transfer ilmu akan tetapi memiliki peran hati dalam membahasakan nilai pendidikan. 

Sebagaimana pencapaian dalam belajar, bukan selalu tentang ketajaman otak, fisik yang kuat, namun juga berlaku pada seberapa lembutnya hati menjabani rangkaian proses belajar mengajar atau menjadi sosok yang paham menentukan sikap dan berakhlak yang baik.

Dampak positif dari mendidik dengan hati dan keteladanan menjadi pencapaian yang paling tinggi bagi nasib negeri dan agama, dengan peran hati seorang guru dalam meneladani sikap dan keteladanan sehingga menjadi acuan yang relevan bagi peserta didik untuk menjadikannya panutan yang disegani namun menjadi sosok ramah, santun, penuh empati, dan penyanyang yang tentunya dipenuhi dengan rasa sabar. 

Generasi adalah aset yang perlu dirawat sesuai dengan amanah bangsa dan agama, yaitu menjadikannya sebagai referensi masa depan bangsa yang lebih maju dan berkualitas. Maka menurut penulis, mendidiknya dengan hati adalah pola pendekatan yang sangat penting untuk dibangun bagi setiap guru atau pendidik di dalam hubungan dan peran aktif antara guru dengan peserta didik.

Sekali lagi, panggilan hati dan keteladanan menjadi pembahasan yang memiliki urgensi pokok dalam menjabarkan keadaan dari seorang pendidik, karena persoalan mendidik bukan hanya terletak pada profesi dan teknis semata. Namun jauh daripada itu, peran hati dalam membangun emosional dan kedekatan dengan peserta didik menjadi sangat penting selain dari metode dan materi, karena secara prakteknya hati adalah penentu relevansi antara peran otak dan karakter manusia. Disamping itu pula, seorang guru yang memiliki panggilan hati dalam mendidik tidak membatasi kesuksesan dari peserta didiknya pada persoalan duniawi semata, melainkan juga pada kesuksesan dunia dan akhirat. Tatkala jeli melihat sisi kepribadaian dan mental dari peserta didik agar mampu memahami pikiran dan keadaan hati peserta didik untuk menemukan solusinya dari permasalah yang dialami oleh seorang peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun