Mohon tunggu...
Humaniora

Tombak Keberhasilan Kurikulum 2013 dari Seorang Guru

24 April 2018   15:19 Diperbarui: 24 April 2018   15:20 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 menuntut sekolah harus menyesuaikan diri. Sudah waktunya ketika potensi internet direalisasikan. Namun ledakan eksponensial dari pengetahuan menawarkan alasan lain untuk mengadopsi sebuah pendekatan yang tidak berupaya untuk mengajarkan "segala sesuatu". 

Dalam kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik ini sudah sesuai dengan tujuan pendidikan pada era ini yang mengedepankan kemampuan teknologi. 

Dalam kurikulum 2013 mempunyai tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Dalam tujuan tesebut sudah jelas bahwa dalam kurikulum ini mengedepankan kemandirian pada calon penerus bangsa.

Dalam konteks implementasi Kurikulum 2013, guru sebagai ujung tombak terdepan dalam pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran pada jenjang sekolah, kiranya harus memahami posisi tersebut di dalam Struktur K-13. Selanjutnya guru mempunyai tanggung jawab serta kewajiban untuk melakukan upaya-upaya mendasar dalam berbagai bentuk inovasi pembelajaran agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan, sekaligus ikut mengantarkan anak-anak bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di mata bangsanya maupun di mata internasional. Pengimplementasian kurikulum 2013 bagi siswa sangat menentukan kualitas belajarnya. Siswa turut aktif dalam proses pembelajarannya sehingga kualitas dan tingkat pemahamannya pun ikut meningkat.

Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keterampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagaimana pelaksanaanya di sekolah, khususnya di kelas dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut.

Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.

Dalam proses belajar dan pembelajaran guru diharapkan memiliki andil besar dalan proses pelaksanaannya. Dalam penerapan Kurikulum 2013 yang diterapkan disekolah, meskipun guru tidak terlalu berperan dalam proses memberi materi, namun dalam proses pembelajarannya gruu juga dituntut aktif bukan hanya dilakukan pada siswa saja.

Para pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak melihat peranan yang seharusnya dilakukan oleh para guru. Pada satu ujung guru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih, dan pada ujung lain peran guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong, fasilitator, dan sebagainya. Praktik pendidikan yang memberikan peranan kepada guru hanya sebagai penyampai ilmu atau pelatih dianggap model lama, sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing dipandang sebagai model baru. Hal ini yang seharusnya diterapkan oleh para guru dalam menerapakan Kurikulum 2013. Guru hanya berperan dalam mengarahkan, membimbing, dan mendorong siswa dalam belajar sedangkan dalam prosesnya siswa diharapkan dapat melakukannya secara aktif dan mandiri.

Namun ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa. Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan ini terjadi karena guru memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya perlakuan yang diberikan guru akan menentukan usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Upaya guru memberikan perlakuan tersebut erat kaitannya dengan tingkat harapan dan perubahan yang diinginkannya. Tujuan lainnya adalah mendorong dan meningkatkan kemampuan sebagai hasil belajar, dengan cara itu guru dapat mempengaruhi tingkah laku siswanya.

Siswa sangat tertarik pada metode yang dilakukan pada Kurikulum 2013, sehingga materi yang disampaikan oleh guru pun dapat mudah terserap dan kualitas belajar siswapun dapat meningkat. Banyak siswa yang tertarik pada Kurikulum 2013 ini karena kurikulum ini dianggap tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu pada siswa dan banyak pula siswa yang kualitas belajarnya meningkat dan menyebabkan pemahamannya pun ikut terangkat.

Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan yang dilakukan guru harus tertuju pada kepentingan siswa, disesuaikan dengan kondisi siswa, diarahkan memenuhi kebutuhan siswa, dan siswa dapat menguasai apa yang diberikan atau memperoleh perkembangan secara optimal. Sehingga dapat mencapai keberhasilan belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun