Hari ini aku menulis dengan hati yang masih penuh noda. Bukan catatan tentang keberhasilan, bukan pula kisah orang suci yang sudah sampai di puncak iman. Aku hanyalah seorang pendosa, yang setiap langkahnya pernah melenceng, setiap ucapannya pernah menyakiti, dan setiap keputusannya sering kali berbalut ego.
Aku tumbuh dengan keyakinan bahwa hidup ini hanya sekali, maka nikmatilah sepuasnya. Tapi kenikmatan itu semu. Ada hampa yang tak pernah terisi, ada kesedihan yang selalu menempel meski aku berusaha menutupinya dengan tawa. Semakin aku mengejar dunia, semakin aku merasa asing dengan diriku sendiri.
Suatu malam, ketika sepi begitu menekan, aku sadar betapa jauh aku dari Tuhan. Doa yang dulu kuucapkan hanya jadi formalitas. Air mata yang seharusnya jatuh karena takut pada-Nya, justru habis untuk penyesalan duniawi. Di titik itulah aku mulai bertanya: apakah masih ada jalan kembali untuk seorang pendosa sepertiku?
Jawabannya datang perlahan, lewat rasa gelisah yang tak pernah reda. Tuhan seolah mengetuk pintu hatiku dengan cara lembut namun tegas. Dia tak menjerit, tak memarahi, hanya menghadirkan kegelisahan agar aku mencari jalan pulang. Aku pun mulai belajar kembali mengucapkan doa dengan tulus, meski terbata-bata.
Perjalananku tidak mudah. Setiap kali aku mencoba berubah, selalu ada godaan untuk kembali ke kubangan yang lama. Namun kali ini aku memilih untuk jatuh lalu bangkit lagi, bukan menyerah. Aku belajar memaafkan diri sendiri, karena aku tahu Tuhan Maha Pemaaf.
Diari ini bukan akhir. Ini hanya catatan kecil dari perjalanan panjang seorang pendosa yang ingin pulang. Aku tidak tahu kapan aku benar-benar sampai di tujuan, tapi aku ingin terus melangkah, meski pelan, meski terseret, meski penuh luka. Karena aku percaya, jalan pulang kepada Tuhan selalu terbuka bahkan untuk jiwa sehitam aku. Ampuni aku ya... Allah...Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI