Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Curhat Emak-emak: Hutang

2 Maret 2016   16:19 Diperbarui: 2 Maret 2016   16:44 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di ruang tunggu sebuah bank.

Sambil menunggu antrian untuk bertemu si mas customer service yang bernama Rian tapi bukan Hidayat, saya jadi teringat dengan sabda mantan bos saya dulu yang berbunyi :
“gak bisa tidur kalo gak punya hutang“.
Aah itu mah si bos aja kaleee haha.

Yap. Di jaman yang serba instan ini kayaknya kata hutang dan kredit adalah sebuah kata keramat yang bisa membuat suasana hati tak menentu, senang dan sedih bercampur jadi satu. Kayak suasana hati bos saya dulu.
Ketika dana turun dari bank, mendadak suasana hatinya menjadi sejuk, sesejuk air pegunungan. Tapi di lain hari, ketika hutangnya di tagih bank berupa cicilan yang harus di bayar selama jangka waktu tertentu maka suasana hatinya pun berubah menjadi mendung, diamini dengan kilat, guntur dan geledek yang menyambar tak lupa diselingi badai tornado yang telah menyentuh level “finger of God“.

Tapi entah mengapa virus hutang si bos mampir juga ke saya. Ah kalem aja, negara aja punya hutang kenapa warga negara nya enggak. Karena belum menjadi warga negara yang baik dalam hal taat membayar pajak, maka saya pun hanya bisa mengikuti jejak tak terpujinya yaitu membuat daftar hutangan, biar keren kayak APBN :p .

Berawal dari kartu kredit yang di buat untuk asik asikan, tapi ternyata malah menjajah secara finansial, saya pun mulai merasakan baik buruk nya dunia perkartuan.
Salut buat pencipta kartu kredit, mereka ini sangat mengetahui isi hati seseorang, memberi fasilitas yang sangat menggoda untuk dipergunakan.
Sebenarnya kartu kredit ini bermuka dua. Di satu sisi kartu kredit adalah guardian angel nya orang orang yang gemar belanja. Di sisi lainnya, dia adalah nenek moyangnya Hell Boy yang siap mengelabui penggemarnya.
Jadi waspada aja lah menghadapi si muka dua ini, jadilah konsumen yang cerdas yang tidak akan terjebak oleh manis nya limit dan promo yang sekelumit.

Selain kartu kredit, ada salah satu bank yang menerbitkan kartu Ready Credit. Kartu ini tidak dapat di gunakan di merchant merchant kesayangan anda, karena sifat yang melekat pada dirinya adalah sebagai kartu tarik tunai di jaringan ATM tertentu. Kalo kata Jose Mari Chan sih, Please be careful with this card eh heart ya? hehe. Kartu tanpa annual fee yang mempunyai bunga harian sebesar 0,1 % ini, rayuannya gombal banget, playboy tjap tiga duren aja kalah saing. Terbitnya kartu ini adalah untuk mengakhiri masa kegelapan aksi gestun alias gesek tunai oleh oknum merchant tertentu. Gestun ini tidak di perkenankan oleh BI, karena menyalahi peraturan. Tapi da gimana lagi, peraturan kan di buat untuk di langgar :D.
Dua kartu ini sebenarnya sangat bermanfaat, asalkan kita bisa mempergunakannya dengan aura kebijaksanaan ala Brama Kumbara, Satria Madangkara.

Setelah mengalami asam garam pahit manis bertransaksi dengan kartu kredit, maka dunia pinjaman modal usaha pun mulai menari nari di depan mata. Sebagai pelaku UKM, gak mau ketinggalan dong, bank memberi fasilitas itu kan buat di pergunakan bukan di pelototin aja, biar gak mubazir.

Suku bunga, jenis pinjaman, dan rekam jejak sebagai nasabah, berpengaruh kepada proses pengajuan sampai persetujuan pinjaman . Pada bank penerbit kartu kredit yang berasal dari negeri paman Sam sana, pihak bank lah yang seringkali menawari dana tanpa agunan itu dengan syarat telah menjadi nasabah mereka selama beberapa tahun dengan status kolektibilitas pembayaran ada di angka 1. Proses verifikasi data hanya di lakukan sekitar 10 menitan saja via telpon. Nominal yang ditawarkannya juga cukup emejing, apalagi bila nasabahnya memiliki NPWP. Sama dengan nominalnya, tingkat suku bunga nya pun gak mau kalah keemejingan nya nyah. Dan selang 2 atau 3 hari setelah verifikasi, dana tersebut telah berpindah ke rekening peminjam.

Sedangkan, pinjaman modal usaha dari bank pemerintah, berkas yang di siapkan bertumpuk tumpuk berupa data diri, surat keterangan usaha, surat agunan dan foto selfie #eh. Setelah berkas lengkap, kita harus menunggu datangnya surveyor bank dengan perasaan H2C karena takut di PHP. Survey yang dilakukan oleh pihak bank ada dua sesi, sesi interview dan foto foto, udah kayak artis aja. Lamanya proses dari pengajuan sampai munculnya keputusan akhir bervariasi, untuk para rookie, proses nya maksimal 14 hari kerja. Bila di setujui, langsung di panggil bank untuk menandatangani berkas berkas yang ada. Proses penandatangan berkas ini mirip mirip proses penandatangan surat surat yang di tulis Gilderoy Lockhart untuk fansnya, setumpuk.
Nah, setelah pemberkasan beres, saatnya bertemu dengan kepala unit/cabang untuk di wawancara dan di motivasi ala MTGW, super sekalih.
Panjang kan proses nya, kayak ular anakonda yang lagi main ular tangga panjangnya bukan kepalang.

Yaa, selalu ada kelebihan dan kekurangan dalam segala hal, termasuk dalam dunia perkiriditan bank di tanah air ini. Tinggal pilih aja sih, yang baik di ambil yang buruk di tinggalkan saja. Yang pasti, dengan mendapat fasilitas pinjaman dari bank, itu menunjukkan bahwa sang peminjam adalah orang orang yang dapat di percaya, minimal punya jejak penampakan yang meyakinkan :p .[caption caption="sumber : tdabalikpapan"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun