Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Merengkuh Aura Optimisme Seiring Perayaan Waisak dan Momen Ramadan

7 Mei 2020   13:30 Diperbarui: 7 Mei 2020   13:25 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari Tribunnews dan Marocconews

Sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan yang namanya toleransi agama oleh orang tua saya. Ya, penduduk di kampung saya dulu memiliki kepercayaan yang beragam. Namun tidak pernah ada gesekan sedikit pun.  

Kami hidup aman, damai, dan sentosa, saling menghargai satu sama lain. Setiap hari raya masing-masing agama, kami saling mengunjungi.  Tolong-menolong itu sudah pasti tanpa ada yang terserang alergi.

Jadi saya kaget juga ketika ada seorang teman yang hanya mau bergaul dengan sesama agama yang ia anut. Alasannya, takut terpengaruh. Waduh!  

Bila nanti pesawat semodel Enterprise-nya Star Trek benar-benar ada, orang seperti itu pasti bakal milih tinggal di bumi dengan segala polusinya daripada mengeksplor antariksa.  Lha ya iya berteman dengan spesies yang sama hanya berbeda agama saja gak mau apalagi dengan spesies yang berbeda seperti vulcan, klingon, dan romulan, bisa mati gaya terus gak bangun-bangun lagi, kasiman eh kasihan.

Omong-omong soal toleransi saya jadi teringat dengan seorang teman. Ya, teman saya itu adalah seorang penganut Buddha. Beda kepercayaan bukan halangan kami untuk berteman dan hari ini ia tengah memperingati Hari Suci Waisak.

Waisak adalah hari suci bagi umat Buddha untuk memperingati 3 peristiwa penting atau yang disebut dengan Trisuci Waisak.  Tiga peristiwa penting itu adalah kelahiran Pangeran Sidharta di Taman Lumbini,  pencerahan beliau sampai menjadi Buddha, dan wafatnya Sang Buddha Gautama di Kusinara.

Nah, Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan pada penanggalan India kuno.  Di Indonesia biasanya perayaan hari Waisak di pusatkan di Candi Borobudur.

Namun kini perayaan Waisak tidak dapat dilakukan seperti biasanya karena pandemi Covid-19 yang belum jua usai. Hal ini membuat umat Buddha harus melakukan persembahyangan di rumah saja bukan di Vihara demi memutus mata rantai penyebaran virus Corona. 

Begitu pula dengan umat muslim yang tak dapat sholat tarawih berjamaah di masjid. Namun itu semua tak membuat semangat beribadah kendur. Menjalankan ibadah di rumah tak menjadi halangan karena bersyukur kepada Yang Maha Kuasa bisa dilakukan dimana saja.

Bertepatannya perayaan Waisak dan bulan Ramadan menandakan sebuah bentuk keberagaman di bumi Indonesia.  Ya, berbeda- beda tapi tetap satu jua alias  Bhineka Tunggal Ika. Saling menghormati adalah bentuk toleransi yang hakiki.  Kepedulian menjadi kunci.

Di masa pandemi yang mulai menggoyahkan semua lini kehidupan,  perayaan Waisak dan momen Ramadan setidaknya telah menyuntikkan semangat tersendiri dalam memerangi wabah ini. Berjuta doa dipanjatkan seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun