Mohon tunggu...
Ikang Maulana
Ikang Maulana Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa FISIP Undip Semarang yang tengah berusaha membangun budaya literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terorisme, Nalar Keagamaan yang Bengkok, dan Muslim Apologetik

15 November 2019   00:49 Diperbarui: 15 November 2019   00:48 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: shutterstock

Indonesia ternyata sekarang menjadi tempat yang sangat mudah menjadi tempat praktik terorisme dilakukan. Bayangkan saja pada hari yang sama pada Minggu (13/05/2018) terdapat empat peristiwa bom bunuh diri sekaligus di dua tempat yang berbeda, Surabaya dan Sidoarjo. 

Bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya sendiri tidak tanggung-tanggung langsung meledakkan tiga gereja sekaligus lalu kemudian disusul Sidoarjo beberapa jam berikutnya yang menewaskan sebanyak 17 orang sekaligus pelakunya (Kompas, 14 Mei 2018).

Dengan jarak sekitar 18 bulan berikutnya rupa-rupanya Indonesia kembali dikejutkan dengan kasus yang sama, yaitu bom bunuh diri. Bom bunuh diri yang berlangsung pada Rabu (13/11/2019) dilakukan dengan tidak kalah nekatnya dengan kejadian bom bunuh diri sebelumnya. 

Markas Polisi Resor Kota (Mapolresta) Kota Medan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi setiap masyarakat tidak luput dari serangan bom bunuh diri yang menewaskan satu orang pelaku dan melukai enam orang lainnya ini (Kompas, 14 November 2019).

Kasus-kasus tersebut belum temasuk kasus lainnya sebelum tahun 2017 yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit. Seharusnya kasus bom bunuh diri yang sudah sering terjadi menjadi suatu tanda tanya besar bagi Indonesia dimana dengan masyarakatnya yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat melakukan sesuatu yang banal dan destruktif. 

Malahan pelaku dari kasus bom bunuh diri yang terjadi terutama yang terjadi di Medan kemarin memiliki pemahaman agama yang kuat bahkan bisa disebut sebagai orang yang taat beragama.

Menurut Azyumardi Azra (dalam Adeney-Risakotta, 2015:208) agama memang bukan menjadi faktor utama sebab terjadinya terorisme. Kepentingan politik, ekonomi dan faktor-faktor non-religius lainnya perlu dimasukkan juga, tetapi menafikan faktor agama sebagai salah satu faktor pemicu adalah sebuah kesalahan dalam melakukan analisis suatu kasus. Inilah yang terjadi pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara dalam menanggapi kasus ini. 

MUI Sumatera Utara pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Rabu (13/11), tidak memiliki agama. Sebab, kata MUI Sumut, apa pun agamanya tidak ada yang mengajarkan perbuatan jahat termasuk bunuh diri dan sampai melukai orang lain (Republika, 13 November 2019).

Pendapat MUI Sumatera Utara ini sangat disayangkan karena terlalu menafikan faktor agama yang jelas terlihat pada kasus bom bunuh diri ini. Tidak bisa kita menyangkal bahwa dalam kegiatannya mereka tidak jarang bahkan hampir setiap kegiatan mereka selalu membawa atribut agama, meskipun sampai sini harus kita pahami bahwa atribut agama yang dibawa ini hanya sekedar pembungkus dari kegiatan banal yang mereka lakukan. Selebihnya hanya jargon yang dijadikan nilai oleh mereka. 

ilustrasi: liputan6.com
ilustrasi: liputan6.com
Seperti yang dipaparkan Eko Armada Riyanto dalam bukunya yang berjudul Berfilsafat Politik (2014). Terorisme menurut beliau adalah suatu aktivitas yang tidak bisa kita pahami secara pasti target makna kepentingannya. Atau mungkin, makna sangat tidak penting bagi mereka. Terorisme ini seakan hanya memburu kematian, ketiadaan dan kehancuran.

Nihilisme sama sekali tidak memproduksi moral, tetapi sarat dengan jargon-jargon dangkal. Perkara nilai baik buruk direduksi pada jargon-jargon simbolistik, buah pikiran psikopatik atau manipulatif atas agama, religiusitas, dan nasionalitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun