Saya ingat, peristiwa itu terjadi di Desember tahun lalu. Sungguh di luar dugaan, BPJS Kesehatan yang baru saya bayar beberapa minggu sebelumnya untuk pertama kalinya, hari itu langsung terpakai. Di hari itu bayi saya mengalami extrapyramidal syndrome, demikian kalau tidak salah istilah yang saya dengar dari dokter yang memeriksanya. Ia tidak cocok dengan zat metachlopramide yang terkandung dalam obat antimuntah.
Efek dari obat itu seperti orang kejang. Badannya gemetar, kedua sisi giginya mengatup rapat. Namun yang membedakan dengan kejang, ia masih bisa berkomunikasi lewat kontak mata. Kejadian yang mendadak usai maghrib itu membuat saya dan keluarga tergopoh-gopoh membawa bayi saya ke IGD rumah sakit.
Alhamdulillah, bayi saya bisa segera pulih. Ia pun harus melewati masa rawat inap di rumah sakit selama dua malam. Total biaya pengobatan semuanya ditanggung BPJS Kesehatan.
Tak sampai di situ. Sudah beberapa bulan ini bayi saya juga harus mengikuti terapi tumbuh kembang di rumah sakit setiap minggunya. Biayanya? Lagi-lagi ditanggung BPJS Kesehatan.
Padahal sebelumnya sejak banyak orang ramai berbondong-bondong mengurus BPJS Kesehatan, ibu saya menolak. Katanya ngalup, istilah Jawa yang ibu saya maksudkan dengan mengundang musibah.
“Wong kita ini sehat nggak penyakitan kok pakai ngurus itu segala,” demikian komentar ibu saya. Meski saya telah menjelaskan dengan segala cara, pendapat ibu tetap bergeming.
Tapi pikiran ibu lalu berubah sejak ia berhenti bekerja dari rumah sakit. Sebelumnya, segala urusan pengobatan ibu dan keluarga ditanggung pihak rumah sakit tempatnya dulu bekerja. Tapi sejak keluar, praktis itu tidak bisa lagi.
Ditambah, ternyata akhir-akhir ini ibu kerap sakit ini dan itu yang dikarenakan faktor usia. Jika dihitung-hitung sejak Desember hingga Juni ini, setidaknya ada 10 kali lebih ibu telah menggunakan kartu BPJS Kesehatannya.
Satu di antara hal yang membuat pendirian ibu berubah adalah saran dari dokter langganannya. “Kenapa Ibu tidak mengurus BPJS Kesehatan saja?” Kata-kata itu membuat pikiran ibu tak lagi menganggap BPJS Kesehatan sebagai hal yang ngalup. BPJS Kesehatan adalah kebutuhan.
Orang-orang Sehat yang Telah Menolong Keluarga Saya