Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vanessa Angel, Belenggu Seksualitas dan Tubuh yang Terhukum

9 Januari 2019   19:38 Diperbarui: 10 Januari 2019   17:18 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vanessa Angel, artis hitam manis berparas ayu digerebek oleh aparat kepolisian di salah satu hotel di Surabaya. Di daerah yang sama seorang model yang tentu juga berparas rupawan, Avriellia Shaqqila juga dicokok aparat kepolisian. Keduanya diduga terlibat prostitusi On Line. 

Rupanya praktik prostitusi kelas atas yang dilakukan oleh kalangan artis dan model ini tidak pernah susut. Praktik ini telah berlangsung beberapa tahun silam dan secara senyap berlanjut hingga kini.

Ditengarai, selain kedua pesohor rupawan tadi, terdapat 45 artis dan 100 model yang terlibat esek-esek On Line. Jumlah yang bisa dibilang cukup fantastis sekaligus mempertegas bahwa praktik ini tidak pernah benar-benar sirna.

Mengapa para artis dan model tersebut mencebur dalam dunia yang oleh mayoritas orang dicibir sebagai dunia yang muram? Bukankah para artis itu bukanlah orang yang serba kekurangan? Mereka adalah golongan orang-orang yang mapan.

Vanessa Angel, jika benar ia terlibat dalam dunia remang-remang ini, adalah artis yang masih sering wara-wiri di layar kaca. Beberapa sinetron dibintangi artis manis ini. Jika setiap tayangan sinetron itu ia dibayar 20 juta saja, maka penghasilannya tentu tidak sedikit. Lalu untuk apa ia "melego" tubuhnya dengan harga 80 juta? Nilai yang tak seberapa untuk seorang Vanessa Angel.

Inikah pemberontakan perempuan atas belenggu seksualitas? Apakah ini sebuah pemakluman bahwa tubuh adalah milik mereka secara hakiki? Bahwa kenikmatan dan seksualitas juga berada di bawah kuasanya secara absolut? Sebelum menjawab itu, membuka kembali lembar catatan seorang intelektual post strukturalis; Michel Foucault, menjadi menarik dalam hal ini.

Foucault bilang begini; "The history of sexuality is the history of our discourses on sexuality". Sejarah tentang seksualitas dan tentu saja tubuh yang juga terlibat di dalamnya, adalah sejarah tentang diskursus seksualitas atau sejarah tentang pengetahuan yang membicarakan seksualitas.

Dengan kata lain membincang seksualitas dalam rentang sejarah, bukanlah mendedahkan seksualitas yang alamiah dan dilakukan secara natural, tapi sejatinya kita sedang membicarakan praktik yang dibentuk dan dikendalikan oleh pengetahuan tertentu.

Segenap aturan, norma, kepantasan, seksualitas yang sehat, hubungan kelamin yang normal, dan apapun yang terkait dengan seksualitas adalah konstruksi yang berasal dari luar dirinya. Konstruksi itu berasal dari pengetahuan yang dibentuk agama, medis, psikologi bahkan ekonomi.

Pandangan yang senada dengan Foucault ini meruak di kalangan intelektual, setelah Sigmund Freud muncul dengan psikoanalisisnya yang berbeda dari kalangan mainstream.

Dalam pandangan Freud, hubungan seksualitas bukanlah sesuatu yang alamiah atau berangkat dari basic instinct (id) seorang manusia, ia justru dibentuk dari luar diri individu (super ego). Jeffrey Weeks (1981) lantas memperjelasnya bahwa seksualitas dalam pengertian Freud ini adalah seksualitas yang dibentuk oleh berbagai pengaturan sosial, sistem kekeluargaan dan juga sistem ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun