Bahasa Tanda: Konsep Ikon, Indeks, dan Simbol dalam Semiotika Peirce
Halo sobat! Melanjutkan dari artikel sebelumnya yang membahas terkait konsep tanda menurut Ferdinand de Saussure. Kali ini, kita akan membahas terkait konsep tanda menurut Charles Sanders Peirce.
Charles Sanders Peirce merupakan tokoh semiotika Amerika yang memperkenalkan konsep tanda sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dalam proses yang disebut semiosis. Peirce menilai bahwasannya tanda tidak hanya berdiri sendiri, melaikan selalu melibatkan tiga elemen utama, yaitu representamen (tanda itu sendiri), objek (hal yang diwakili), dan interpretant (makna atau pemahaman yang muncul dalam pikiran penerima tanda). Ketiga unsur ini membentuk hubungan trikotomi atau model triadic tanda.
Dalam proses semiosis, tanda berfungsi ketika ia ditafsirkan oleh penerima. Maksudnya, sesuatu baru bisa disebut tanda jika diinterpretasikan sebagai tanda. Berdasarkan hubungan antara tanda dan objeknya, Peirce membagi tanda menjadi tiga jenis utama yaitu ikon, indeks, dan symbol.
Ikon merupakan tanda yang memiliki keiripan langsung dengan objek yang diakilinya. Hubingan antara tanda dan objek bersifat alamiah karena adanya kesamaan bentuk, rupa, atau karakteristik. Dengan kata lain, ikon meniru atau mempresentasikan sesuatu sebagaimana adanya.
Contoh sederhana dari ikon adalah foto, lukisan, patung, atau peta. Foto seseorang merupakan ikon sebab menyerupai wajah orang tersebut secara visual. Dalam konteks budaya, misalnya pada batik atau karya sastra. Ikon dapat berupa gambar, warna, atau adegan yang meniru bentuk nyata dari alam atau kehidupan manusia.
Pierce menegaskan bahwasannya ikon berfungsi untuk membangkitkan persepsi kesamaan. Hal itu dapat membantu manusia mengenali sesuatu melalui kemiripan. Seperti peta yang menyerupai wilayah aslinya atau gambar api yang menggambarkan bentuk nyala sebenarnya.
Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan eksistensial atau kausal (sebab-akibat) dengan objek yang diwakilinya. Hubungan antara tanda dan objek tidak didasarkan pada kemiripan, melainkan pada keterkaitan langsung dalam kenyataan.
Contoh sederhananya adalah asap sebagai tanda adanya api. Jejak kaku sebagai tanda seseorang telah lewat. Juga tangisan sebagai tanda kesedihan. Dalam konteks sosial dan budaya, ekspresi wajah atau bahasa tubuh seseorang juga dapat berfungsi sebagai indeks karena menunjukkan emosi atau kondisi tertentu.
Pierce menjelaskan bahwasannya indeks muncul karena adanya hubungan faktual antara tanda dan penyebabnya. Tanda jenis ini sering digunakan dalam karya sastra atau seni untuk menunjukkan emosi, waktu, atau suasana tertentu melalui efek dan reaksi yang terlihat.