Tinta emas sejarah, tak pernah luput menuliskan bahwa pemuda kerap menjadi bagian dari sebuah proses kejayaan Islam bahkan menjadi aktor utama dalam prosesnya.
Usamah bin Zaid bin Haritsah komandan pasukan perang yang dikirm ke romawi padahal umurnya belum genap 20 tahun.
Al-Arqam umur masih (16 tahun), Menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasulullah selama di Mekkah.
Zaid bin Tsabit umur masih (13 tahun) menjadi penulis wahyu,penghafal Al-Quran dan ikut serta dalam kodifikasi Al-Quran.
Dan sejarah tidak akan pernah lupa tentang Muhammad Al-Fatih yang ditangannya kota Konstantinopel runtuh pada tahun 1453 M dan pada saat itu umurnya 22 tahun. Masih banyak nama-nama pemuda yang bisa kita jadikan panutan.
Jika kehadiran pemuda dalam sebuah proses kejayaan atau pembangunan peradaban sangatlah penting. Maka pendidikan pemuda menjadi sangat penting agar para pemuda islam bisa menjalankan fungsinya sebagai generasi pengganti,generasi penerus, dan generasi pembaharu, agar umat ini tidak kehilangan arah.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik, 24,5% penduduk indonesia adalah pemuda kisaran 19-30 tahun. Secara kuantitas angka 24,5% cukuplah besar. Dengan angka ini harusnya Indonesia lebih maju karena jumlah warga yang memiliki usia produktif cukup lumayan tinggi sebagai bonus demografi.
Lalu,apakah kita merasakan bonus demografi itu? apakah pemuda islam sudah bisa menjawab dan menjadi solusi permasalahan umat ini? APA YANG SUDAH KITA BERIKAN UNTUK UMAT INI?
Lagi lagi Data Badan Narkotika Nasional menunjukkan bahwa 22% pengguna narkoba adalah pemuda dan mahasiswa. Kurang ketatnya perarutan pemerintah tentang minuman keras menjadikan penyebarannya ditengah-tengah masyarakat menjadi lebih mudah. Dan hal ini digunakan oleh pihak pihak asing untuk menghacurkan generasi muda. Akhirnya mereka yang maksiat kita terkena dampak bencana! Nauzubillah
Hal hal yang dibutuhkan para pemuda yaitu tiada lain dengan dakwah dan pendidikan. Para dai dan guru harus peka terhadap kondisi seperti ini. Kita harus sadar bahwa kurangnya Pendidikan ruuhiyah menjadikan jiwa jiwa para pemuda hampa. Kurangnya tsaqafah islamiyah, di kalangan pemuda, menjadikan mereka melangkah tanpa arah. Dan kurangnya pembinaan menjadikan mereka hidup hanya untuk sebuah kesenangan.
Munculnya sosok pemuda seperti Al-fatih adalah suatu ketidakmungkinan yang terjadi tanpa ada proses panjang yang menjadikannya sebagai pemuda yang memiliki kualitas dan kapabilitas yang sangat baik.