Mohon tunggu...
ihlasul amal
ihlasul amal Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN JOGJA

Mahasiswa biasa-biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Musik sebagai Gerakan Sosial

8 April 2022   18:38 Diperbarui: 8 April 2022   19:27 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika beberapa orang mengartikan musik sebagai hiburan, sebagian yang lain mencari esensi musik, mencari dimensi sebenar-benarnya tentang apa itu musik, apa saja yang termasuk musik dan tidak. Apakah bunyi klakson dan deru kendaraan di jalanan macet adalah musik? Bila musik berawal dari bunyi, bunyi yang seperti apa yang dapat didefinisikan sebagai musik?

Musik bukan saja suara atau ritme nada saja namun seni yang satu ini bisa menjadi alat perlawanan terhadap kelompok yang menindas. Tidak sedikit orang yang sadar atas ketertindasan. Dengan di bantu musik dan lirik perlawanan secara tidak langsung spirit perlawanan tentu saja bersamaan. Dengan musik dan lirik perlawanan mereka sadar bahwa untuk mencapai manusia yang utuh dan tidak di tindas adalah alternatif lainnya melalui salah satu seni ini.

Di kalangan seniman yang secara konstan menyuarakan perdamaian melalui karya-karya mereka mendapat perhatian lebih luas. Salah satunya Bob Marley dengan lagu berjudul Redemption Song (Uprising, Island Records, 1980) yang menyerukan kebebasan atas tanah air dan diri sendiri. Karena perang dan penjajahan serta tamaknya kaum elit (seringkali diidentifikasi dengan kaum kulit putih) atas kekuasaan, Bob menyemangati kaum kulit hitam yang tertindas dan termarjinalisasi kepada satu tujuan utama; kebebasan dari segala penindasan. Lain lagi Bob Dylan dengan lagunya The Times They Are A-Changin' (The Times They Are A-Changin', Columbia Records, 1964) yang mengajak seluruh orang (yang tertindas) untuk menyatukan kekuatan dan berger-ak melawan tirani dominasi.

Dick Hebdige menerangkan kehidupan para budak yang melakukan perlawanannya melalui musik Jamaican, yang menjadi alat untuk mengekspresikan sakit hati, kemarahan, dan frustasi yang mereka alami (Hebdige, 1987). Begitu berartinya musik yang lahir dari rasa tidak terima atas penindasan menjadi dimensi lain bagi musik yang selama ini kita maknai sebagai hiburan semata. Musik yang sekilas terdengar menyenangkan dan cocok untuk berjoget ternyata jika diamati lebih detail mengandung suara-suara yang meneriakkan penderitaan.

Penderitaan atau kesedihan yang umum dirasakan ini, mengalami proses kreatif hingga berubah wujudnya menjadi sebuah lagu dengan elemen musik dan lirik. Produk tersebut kemudian dikemas dengan berbagai cara hingga dapat dinikmati orang lain dengan pemaknaan yang berbeda-beda pula. Kemampuan musisi dalam hal ini dipertimbangkan sebagai kemampuan dalam menyerap kejadian sehari-hari ditambah dengan kemampuan bermusik.

Menuliskan musik sebagai karya tentu sangat subyektif dan personal. Hal ini karena musik dimengerti sebagai respon diri seseorang dalam menghadapi kejadian-kejadian dalam hidupnya. Seorang yang merasa sedih karena hidupnya dan anak cucunya tertindas akan menciptakan musik tentang kebebasan. Namun perlu diketahui sebagian besar masyarakat masih menganggap musik sebagai hiburan, tidak perlu terlalu dalam yang penting bisa memuaskan hasrat perasaan saat sedang sedih atau bahagia. Di saat inilah indutri musik menemukan perannya.

Begitupun hal yang mengejutkan ketika industri musik melahirkan penyanyi perjuangan. Sebut saja Iwan Fals yang lagu-lagunya lugas melawan rezim pemerintah saat itu. Meski sesaat setelah naiknya pamor Iwan di masa orde baru pihak label Musica Studio lebih selektif dalam mengalbumkan lagu-lagunya. Ia bahkan sempat menyulut kerusuhan melalui lagu Demokrasi Nasi (tidak diedarkan, 1978) hingga ditahan dan diinterogasi dengan tuduhan mengganggu stabilitas negara. Membuat masyarakat sadar akan keadaan yang mereka alami seolah-olah menjadi ancaman bagi bangsa.

Ada juga grup band Slank yang berada di bawah label Virgo Ramayana bersama musisi-musisi besar lainnya seperti Koes Plus, Gombloh, Titiek Puspa, dan lain-lain. Sikap dan lirik lagu Slank bercerita tentang gaya hidup rock and roll yang menggelorakan kebebasan. Kebebasan anak muda saat itu masih mencari muaranya, bebas yang bagaimana. Slank sendiri pernah terjebak dalam kebebasan itu (kecanduan obat-obatan terlarang) dan setelahnya barulah menemukan kebebasan yang dewasa dan bertanggung jawab.

Kebebasan mereka akhirnya lebih terarah pada kritik sosial pada pemerintah, khususnya koruptor. Contohnya pada lagu Punya Cinta yang liriknya sangat sederhana. Menceritakan penjahat, pembunuh, dan preman yang punya cinta. Namun koruptor tidak punya. Kebencian mereka (penyerapan keadaan sekitar) ditambah kemampuan menulis lirik yang sederhana namun ku (kemampuan musikalisasi) menghasilkan karya yang orisinil dan kreatif. Pun begitu, masih banyak ancaman pada musisi yang lugas serta label besar yang menauinginya.

Industri musik Indonesia sejak saat itu mulai menjaga langkahnya. Musik yang diolah oleh industri kemudian memiliki kecenderungan mengikuti kemauan pasar. Meski masih menjadi perdebatan namun yang ditonjolkan sebagai selera pasar adalah musik cinta yang mendayu-dayu dan sangat lemah sampai terdengar tidak nyata. Tidaklah nyata seorang laki- laki begitu khawatir pada pasangannya hanya karena tidak membalas pesan dan menjawab telepon (Yolanda – Kangen Band, Bintang 14 Hari, 2008). Atau perempuan yang begitu bangga dan percaya diri sehingga tidak bisa bertahan dengan satu pasangan saja melainkan harus selalu mendua (Salah – Potret, Potret II, 1997). Masih banyak lagi contoh rasionalisasi percintaan yang diusung musik industri tanah air.

Musik indie mampu mengakomodir hasrat bermusik lebih banyak orang. Siapa saja bisa jadi musisi, siapapun boleh menulis lirik dan mengaransemen lagu. Keunikan yang dimiliki setiap individu menjadi penting dan mengeksplorasinya adalah kegiatan yang menyenangkan, termasuk mendapat keuntungan. Meski ditemukan paradoks dalam bisnis musik indie, namun dasar berdirinya sudah cukup kuat menonjolkan potensi yang berbeda- beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun