Mohon tunggu...
Mustaqim
Mustaqim Mohon Tunggu... Desainer - Bismillah

Mustaqim Saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kotoran dan Persiapan Puasa

15 Mei 2018   22:27 Diperbarui: 15 Mei 2018   22:40 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://pixabay.com

Di saat kita ramai berbicara politik dan terorisme, tanpa kita sadari udara yang kita hirup semakin berbahaya. Isu pemanasan global dan perubahan iklim sedang giat-giatnya mengalami peningkatan. Mungkin, kita bersikap skeptis karena menganggap bahwa isu ini adalah isu lama dan terdengar klise. Namun demikian, umat manusia tidak kunjung menuai solusi yang tepat, tapi justru menambah tingkat polusi setiap tahunnya.

Berita-berita tentang isu ini muncul dan seolah "mengancam" kelangsungan hidup manusia. Di halaman internasional, Solopos edisi 3 Mei 2018, memberitakan: "Udara Dunia Makin Beracun". World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 90 persen manusia di bumi menghirup udara dengan tingkat polutan tinggi yang menyebabkan kematian 7 juta manusia per tahun.

Berlanjut dengan isu yang sama, liputa6.com edisi 6 Mei 2018 memberitakan: "Mengerikan, Level CO2 di Atmosfer Mencapai Tingkat Tertinggi dalam 800 Ribu Tahun". Esok harinya, Solopos edisi 7 Mei 2018 juga memberitakan: "Konsentrasi CO2 di Atmosfer Berbahaya". Tingkat konsentrasi CO2 telah mencapai tingkat tertinggi dalam 800.000 tahun terakhir yang dianggap oleh para ilmuwan dengan status bahaya.

Ada lagi, "Dampak Mengerikan Perubahan Iklim Tengah Melanda Bumi" (mongabay.co.id, 12 Mei 2018). Dikabarkan bahwa terdapat skenario iklim terburuk untuk kota-kota pesisir yang dikenal sebagai "pulse".

Berita-berita semacam ini sebetulnya sudah banyak mengemuka. Tapi, tampaknya kita tidak terlalu peduli dengan fakta-fakta tersebut. Kita terlanjur sibuk berkutat dengan urusan-urusan hidup yang sering kali minus perhatian terhadap lingkungan, apalagi memperhatikan udara yang tak tampak. Mungkin kita terlalu sibuk berpolitik, sibuk mencari penghidupan ekonomis, sibuk bergawai ria, sedangkan lingkungan atmosfer kita semakin memburuk.

Udara selalu saja menjadi "korban" dari polusi hidup manusia. Suhu udara selalu meningkat setiap tahunnya; bumi seolah sedang bekeringat; gunung es di kutub-kutubnya mencair; pemanasan global semakin mejadi; dan iklim pun seolah protes.

Para ilmuwan pun berkali-kali melaporkan tentang pemanasan global dan perubahan iklim. Akan tetapi, tidak semua orang percaya terhadap laporan tersebut. Bahkan, media daring CNN melaporkan bahwa Presiden Amerika, Donald Thrump, tidak percaya dengan adanya pemanasan global dan perubahan iklim.

Dalam laporan itu, ketidakpercayaan dibuktikan dengan 20 pernyataan Thrump yang paling meremehkan dari tahun ke tahun. Bahkan, ia pernah menganggap bahwa isu itu adalah konspirasi China. Di salah satu quote, ia berkata, "I'm not a believer in man-made global warming..".

Mengapa laporan ilmiah itu tidak dipercaya? Apakah Thrump dan kawan-kawanya tidak percaya lagi dengan kebenaran ilmu pengetahuan?

Barangkali, kita bersikap skeptis seperti Thrump. Kita terlalu sibuk pada urusan-urusan hidup, tanpa ada rasa khawatir terhadap kerusakan lingkungan dan pencemaran udara. Mesin-mesin terus bekerja, memproduksi polusi demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Lingkungan banyak yang rusak dan udara pun semakin berbahaya.

Sebelum Berpuasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun