Mohon tunggu...
achmad iftianour25
achmad iftianour25 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sepak bola dan voli

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Sektor Industri yang Ada di Indonesia

30 November 2022   14:36 Diperbarui: 30 November 2022   14:51 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Industri manufaktur merupakan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sektor manufaktur juga berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja baru. Terjadi penurunan produksi industri di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, meski kini otoritas moneter telah dimulai menerapkan beberapa strategi yang ditujukan untuk meningkatkan produksi industri dan utilisasi kapasitas di industri. 

Oleh karena itu, penelitian ini melihat dampak kebijakan moneter terhadap output manufaktur di Indonesia untuk melihat instrumen moneter mana yang memiliki dampak terbesar terhadap output Indonesia. Dalam hal ini, uji empiris menggunakan model koreksi kesalahan (ECM) dilakukan pada tahun 2001: 01-2013: 03, dimana data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia. Instrumen moneter yang digunakan termasuk suku bunga, jumlah uang beredar, nilai tukar dan inflasi. 

Hasil uji empiris menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan suku bunga memiliki dampak yang signifikan terhadap PDB industri. Uang beredar memiliki efek positif pada PDB industri, suku bunga memiliki efek negatif pada PDB industri. 

Dari kedua variabel tersebut adalah jumlah uang beredar dampak terbesar terhadap PDB industri adalah 0,26 persen, sedangkan suku bunga saja 0,0054 persen dari PDB industri. Karena itu pemerintah dan Bank Indonesia perlu mendapat perhatian lebih mengendalikan jumlah uang beredar untuk meningkatkan produksi sektor industri Indonesia. Meskipun efek dari tingkat etnis Penghasil PDB tidak terlalu besar, pemerintah dan Bank Indonesia belum memangkas suku bunga yang dapat mendorong investasi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Kata kunci: Kebijakan moneter, industri manufaktur, estimasi ECM.

Dalam krisis keuangan yang melanda 1997/1998 menunjukkan bahwa itu, selama  Pemerintah Orde Baru Industri Manufaktur menjadi sakit. Meskipun tingkat pertumbuhan produksi rata-rata adalah positif setiap tahun tahun, tetapi industri sangat tergantung Impor, terutama barang modal halus dan bahan baku. Kerja Substitusi impor memang disengaja Mengurangi ketergantungan impor Indonesia barang-barang manufaktur. Di sisi lain, ekspor Manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik.  

Hal ini tercermin dari diversifikasi produk ekspor yang masih kecil dan dominan masih berasal dari kategori teknologi menengah dan rendah. Lingkungan bisnis kurang kondusif berdampak signifikan pada melemahnya daya saing terutama untuk sektor bisnis sebagai industri utama dan sektor manufaktur yang salah satunya adalah mesin untuk pertumbuhan ekonomi. 

Setelah rekor dunia Economic Forum (WEF) 2014 posisi daya saing Indonesia masih berada di peringkat 34 dari 144 dari negara-negara yang diperiksa. Meskipun posisi ini berkembang dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya 38, posisi ini masih tergolong rendah. Rendah Posisi kompetitif Indonesia adalah karena beberapa faktor. Di tingkat makro, ada tiga di antaranya Faktor-faktornya, yaitu a) kondisi ekonomi yang kurang baik makro, b) buruknya kualitas lembaga public dalam menjalankan tugasnya sebagai pembantu dan pusat layanan dan (c) kebijakan yang lemah Mempermudah perkembangan teknologi kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas. Sementara itu di tingkat mikro atau bisnis, dua faktor Masalah khusus adalah

(a) efisiensi bisnis yang rendah pada tingkat operasional perusahaan dan

(b) iklim persaingan yang lemah.2 Pada saat yang sama, menurut catatan internasional Institut

Pengembangan Manajemen (IMD), Karena rendahnya daya saing Indonesia karena kinerja ekonomi yang buruk dalam empat aspek utama yaitu

 (a) kinerja yang buruk ekonomi yang dapat dilihat kegiatan perdagangan internasional, investasi, pekerjaan dan stabilitas harga,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun