Mohon tunggu...
Ahmad Idris
Ahmad Idris Mohon Tunggu... -

Orang bodoh yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Guru Millenial Garda Utama dalam Membentengi Generasi "Zaman Now" dan "Zaman Old" dari Virus Hoaks

10 November 2017   13:17 Diperbarui: 10 November 2017   13:53 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi Hoaks, Penyebaran Serta Dampak Negatifnya

Hoaks, merupakan kata serapan dari kata Hoax dalam bahasa inggris dan sudah terdaftar di kamus besar bahasa Indonesia yang berarti suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menipu atau menjebak.  Kata hoaks (Hoax) menurut ahli filologi inggris, Robert Nares, muncul pada akhir abad ke 18. Asal kata hoaks diduga dari kata "Hocus" yang artinya  jelas-jelas "untuk menipu".  Tindakan berbohong yang dilakukan oleh seseorang itu bisa juga mengarah ke tingkatan yang lebih keji, yaitu fitnah. Mengatakan suatu pernyataan mengenai seseorang padahal orang tersebut tidak melakukannya.

Seiring kemajuan teknologi yang sangat pesat, persebaran arus komunikasi dan informasi semakin mudah untuk di akses oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Akses praktis jejaring komunikasi dan media sosial menjadi sorotan utama dalam penyebaran berita hoaks. Penyebaran berita hoaks tersebut bisa berupa potongan gambar 'meme', penyalahgunaan gambar kejadian yang dipakai untuk menguatkan deskripsi kebohongan berita, berita-berita palsu, cuitan-cuitan kebohongan pada media sosial dan juga video yang berisi informasi palsu pula. Hoaks-hoaks tersebut sangat banyak jumlahnya di kanal instagram, twitter, facebook, youtube dan kanal media sosial lainnya.

Berdasarkan data laporan pengaduan konten negatif yang masuk ke kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Januari hingga April 2017 laporan yang masuk tentang hoaks mencapai 5.864. Isi dari berita hoaks tersebut beraneka ragam, dan yang paling krusial adalah masalah agama, politik, sosial serta fenomena alam. Penyebaran berita hoaks di media sosial memiliki ciri sebagai berikut:

1. Umumnya pelaku penyebar akan mengambil salah satu foto untuk diedit sedemikian rupa dan diberikan tulisan-tulisan tertentu yang ditujukan untuk menguntungkan salah satu golongan dan merugikan golongan yang lain.

2. Pelaku hoaks umumnya menggunakan akun anonim (akun dengan nama palsu) untuk membuat berita hoaks dan menyebarkannya di berbagai media sosial. Berita tersebut memiliki judul yang tendensius sehingga membuat orang lain penasaran dengan judul dari berita tersebut. Bahkan, tidak sedikit orang yang langsung percaya dengan judul tersebut dan menyebarkannya tanpa membaca isi dari berita dan mencari kebenaran dari berita tersebut.

3. Pelaku hoaks memiliki akun media sosial yang banyak untuk menyebarkan berita yang telah di unggah, mengomentari dan menggiring opini dengan kalimat-kalimat yang bisa membuat pembaca lainnya yakin bahwa berita tersebut adalah berita yang valid.

Dampak Negatif Apa Saja yang Bisa Ditimbulkan dari Berita Hoaks?

Dikutip dari laman https://dapoyster.wordpress.com/2017/02/10/4-dampak-hoax-yang-merugikan/  sedikitnya ada empat dampak negatif hoaks yaitu: 1) Merugikan suatu pihak, 2) Memberikan reputasi buruk akan seseorang/sesuatu, 3) Menyebarkan fitnah dan 4) Menyebarkan informasi yang salah. Dampak yang paling parah adalah yang ke tiga yaitu menyebarkan fitnah. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa "Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. (Q.S : 2; 191)".

 Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari suatu fitnah. Bahkan perang yang sudah dan masih berlangsung di berbagai Negara juga terjadi dikarenakan berita hoaks dan fitnah. Dampak  hoaks bisa saja lebih dari keempat dampak yang sudah disebutkan, hoaks tidak semata mengenai reputasi pihak korban yang dijadikan hoaks, namun banyak hal kompleks lainnya yang disebabkan oleh hoaks.

Peran Guru Millenial dalam Membentengi Arus Penyebaran Berita Hoaks
Sebagai guru, terutama guru muda yang melek teknologi dalam hal ini sebutan keren bagi guru tersebut adalah guru "Millenial" memiliki peran yang sangat penting untuk membendung arus persebaran berita hoaks. Sasaran utama bagi guru millennial tersebut adalah para murid serta guru tua yang cenderung mudah percaya dengan berita hoaks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun