Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa dan Gaya Hidup Kaum Urban

25 Juni 2016   11:42 Diperbarui: 25 Juni 2016   11:47 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka puasa di restoran. (Foto : http://v-images2.antarafoto.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Puasa di bulan ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh semua umat Islam, kecuali orang-orang yang secara syariat dibolehkan untuk tidak menjalankannya seperti anak kecil, wanita yang sedang haid, wanita yang sedang melahirkan atau nifas, sakit, musafir, dan manusia lanjut usia.

Bagi orang yang berpuasa, saat yang paling ditunggu-tunggu adalah saat berbuka puasa. Seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat utamanya di perkotaan, kita dapat melihat bahwa sejak beberapa tahun yang lalu, disamping berbuka puasa di rumah, banyak juga yang memilih berbuka puasa di luar rumah baik sendiri maupun bersama-sama kelompok atau komunitasnya. Sejak sore hari, mereka memadati restoran dan rumah makan. Bahkan kadang jauh-jauh hari harus memesan tempat supaya tidak kehabisan tempat.

Dalam perkembangannya, buka puasa di restoran atau rumah makan menjadi tren yang semakin menggejala di kalangan masyarakat urban. Belum lagi banyak pekerja yang terjebak macet di jalan ketika pulang sehingga mereka mampir ke rumah makan terdekat. Orang memilih berbuka di luar rumah disamping karena tidak sempat atau malas masak, juga ingin mendapatkan sensasi buka puasa bersama banyak orang, dalam suasana hiruk pikuk. Intinya, tidak dapat dipungkiri bahwa buka puasa bersama telah menjadi bagian dari gaya hidup kaum urban.

Pada dasarnya buka puasa di dalam rumah atau luar rumah adalah sebuah pilihan. Dua-duanya sah-sah saja. Walau demikian, sebenarnya sangat disarankan untuk berbuka puasa di rumah bersama keluarga karena salah satu tujuan buka puasa dirumah adalah untuk merekatkan kembali kebersamaan antaranggota keluarga yang selama ini mungkin sulit berkumpul didalam rumah. Adalah benar, buka puasa bersama keluarga pun bisa dilakukan di luar rumah pun, tetapi situasi dan waktu yang terbatas membuat komunikasi yang terjalin tidak senyaman jika puasa bersama di rumah. Setelah buka puasa, maka dilanjutkan dengan shalat tarawih berjamaah.

Tuntutan pekerjaan dan kemacetan di jalan kadang membuat orang terpaksa berbuka puasa di luar rumah. Ketika adzan maghrib berkumandang, kadang hanya mencicipi takjil dari orang berjualan di pinggir jalan sambil melanjutkan perjalanan. Tidak dapat menikmati momen buka puasa bersama, dan kadang saat adzan Isya berkumandang pun, tidak dapat melaksanakan shalat Isya dan taraweh berjamaah. Hal ini sebenarnya adalah sebuah kerugian yang besar di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini.

Masih mending kalau datang ke rumah masih mau melaksanakan shalat taraweh secara munfarid,tapi jika malas melaksanakannya, ya bablas saja, tidak melaksanakannya, sedangkan ajaran agama Islam memerintahkan untuk semakin meningkatkan amal ibadah di bulan ramadhan.  

Hal ini memang menjadi sebuah ironi. Jaman dulu, orang-orang benar-benar khusyu melaksanakan ibadah puasa, bahkan mengkhususkan ramadhan sebagai bulan ibadah. Mereka mengurangi intensitas pekerjaan mereka, dan lebih banyak mendekatkan diri kepada sang khaliq. Tapi kondisi zaman sekarang sudah berbeda, antara bulan puasa dengan selain bulan puasa, intensitas pekerjaan sama saja, bahkan seperti dikejar tayang, semuanya harus selesai sebelum lebaran tiba.

Dulu waktu almarhum Gus Dur menjadi Presiden, Beliau meliburkan sekolah. tujuannya agar anak-anak sekolah dapat fokus berpuasa dan belajar agama selama ramadhan, tetapi saat ini, pada saat ramadhan, sekolah tidak libur. Walau siswanya libur, tapi guru-gurunya wajib hadir. Adalah benar puasa jangan menjadi alasan untuk bermalas-malasan dan mengurangi intensitas pekerjaan, tetapi kenyataannya, secara fisik, berpuasa berpengaruh terhadap performa pekerjaan, misalnya rasa kantuk dan lemas utamanya setelah memasuki siang hari.

Adalah benar kantor-kantor sudah mengurangi jam kerja karyawannya agar bisa pulang lebih cepat, tetapi kadang tuntutan pekerjaan yang tinggi, seorang karyawan terpaksa buka puasa di kantor, bahkan waktu Isya pun masih di kantor, sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Keistimewaan bulan ramadhan tidak terasa oleh orang-orang yang memiliki beban pekerjaan yang menumpuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun