Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

"Kumaha Sia We" dan "Kumaha Saena We"

10 Agustus 2021   13:30 Diperbarui: 10 Agustus 2021   13:35 9555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung. Sumber ilustrasi: via KOMPAS.com/Rio Kuswandi

Bagi suku sunda atau yang paham dengan bahasa Sunda, kalimat "Kumaha sia w" adalah ucapan yang kasar bahkan disebut kurang sopan. Ucapan tersebut bisa diucapkkan dalam konteks serius juga bisa diucapkan dalam konteks bercanda. Dalam konteks serius, ucapan tersebut diucapkan oleh seseorang yang tidak setuju atau tidak suka terhadap keputusan, pendapat, sikap, atau tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Orang lain yang dimaksud bisa anggota keluarga, saudara, teman, pimpinan, atau bawahan.

Ucapan tersebut muncul sebagai buntut kekecewaan, keputusasaan, dan ketidakpedulian dari seseorang setelah memberi nasihat, saran, atau kritik terhadap orang lain, tetapi tidak ditanggapi, diabaikan, atau bahkan ditolak oleh orang yang dituju. Ucapan tersebut juga bisa dimaknai sebagai bentuk perlawanan oleh pihak yang kecewa terhadap keputusan atau kebijakan seorang pimpinan tetapi tidak punya wewenang, kekuasaan, atau kekuatan untuk melawannya. Secara fisik dia mengikuti keputusan atau kebijakan tersebut, tetapi dalam hatinya, dia menolak atau melawannya. Dia hanya bisa ngedumel atau ambek kapegung (marah dalam hati) sambil berharap keputusan atau kebijakan tersebut dihentikan karena dia memang menyetujuinya.

Ucapan "kumaha sia w" juga bisa muncul dalam konteks bercanda. Biasanya diucapkan diantara teman yang sudah akrab dalam satu kelompok atau organisasi. Ucapan tersebut disertai dengan gelak tawa. Jangan coba-coba mengucapkan kalimat tersebut jika hubungan pertemanannya tidak akrab atau biasa-biasa saja karena bisa menimbulkan salah paham atau ketersinggungan dari pihak yang dituju.

Selain ucapan "kumaha sia w", juga ada ucapan "kumaha sana w". Ucapan tersebut sebagai bentuk kepasrahan (menerima apa adanya/bukan melawan dalam diam), ikut setuju terhadap apapun keputusan yang dibuat karena sepenuhnya menyerahkan pengambilan keputusan tersebut kepada pihak yang berwenang, pihak yang dinilainya memiliki kompetensi, atau berdasarkan kesepakatan musyawarah.

Ucapan "kumaha sia w" lebih cenderung sebagai apatisme dan perlawanan dan diucapkan dalam suasana hati yang kesal, marah, dan komunikasi yang tidak berjalan dengan baik, sedangkan ucapan "kumaha sana w" lebih cenderung dalam konteks suasana hati yang adem, damai, walau mungkin juga dalam situasi kebingungan (deadlock) dalam proses pengambilan keputusan.  Dalam komunikasi gaul saat ini, kata "kumaha sia" disingkat "kumsi".

Orang yang mengucapkan kalimat "kumaha sia w" akan cenderung senang jika sebuah keputusan yang terpaksa diikutinya tidak berjalan dengan baik atau bahkan gagal. Dia tidak mau ikut bertanggung jawab. "Ceuk aing g naon? Gagal pan?" Kalimat tersebut mungkin diucapkannya sebagai gambaran "kemenangannya" kepada pihak yang selama ini kebijakannya tidak dia sukai atau gambaran menyalahkan pihak yang tidak mau mendengar saran atau kritiknya.

Sebaliknya, bagi orang yang mengucapkan "kumaha sana w", saat keputusan atau kebijakan yang disepakati atau diputuskan kurang berjalan dengan baik, dia akan menanggung konsekuensinya. Dia pun mungkin akan mencoba ikut memikirkan jalan keluarnya, karena dia merasa ikut bertanggungjawab terhadap kegagalan tersebut. Bahkan tidak tertutup kemungkinan dia akan ikut berkorban untuk membantu pelaksanaan perbaikan keputusan.

Kalau sudah terdengar kalimat "kumaha sia w", dampaknya, suasana komunikasi akan terganggu. Masing-masing pihak menjadi renggang, menjaga jarak, bahkan tidak mau berkomunikasi lagi. Masing-masing memegang prinsipnya sendiri. Sedangkan jika yang muncul kalimat "kumaha sana w", maka komunikasi dalam sebuah organisasi tidak akan terganggu dan tetap harmonis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun