Sudah empat minggu para siswa belajar di rumah sebagai dampak wabah Covid-19. Moda pembelajaran daring yang dijadikan sebagai sarana pembelajaran dari rumah sudah mulai dikeluhkan oleh siswa dan orang tua siswa, khususnya berkaitan dengan rasa bosan dan jenuh mengerjakan banyak tugas dari guru yang kadang kurang disertai dengan penjelasan yang detil, terbatasnya ruang diskusi karena terkendala sarana seperti smartphone, dan pemakaian kuota internet yang membengkak. Jangan sampai kestresan siswa mengerjakan berbagai tugas dari guru justru menurunkan kondisi kesehatannya di saat setiap orang harus menjaga kesehatannya baik fisik maupun mental untuk terhindar dari Covid-19.
Menyikapi hal ini, perlu ada strategi baru untuk menjaga agar semangat belajar siswa tetap terpelihara. Dalam kondisi yang darurat ini, cukup banyak ahli dan praktisi pendidikan berpendapat bahwa guru jangan terlalu muluk-muluk dalam mengejar pencapaian target kurikulum.
Kalau diperlukan ada penyesuaian jadwal. Materi pada setiap mata pembelajaran tidak perlu diberikan setiap minggu seperti halnya pada pembelajaran normal, tetapi dibuat tematik, dipilih dan dikaitkan dengan dengan wabah Covid-19.
Saya perhatikan Dinas-dinas pendidikan pun sudah menginstruksikannya melalui surat edaran, tinggal gurunya yang kreatif dan "out of the box" dalam memberikan tugas kepada siswa.
Kemendikbud dan Dinas-dinas pendidikan pun sudah tidak lagi memberikan target yang muluk-muluk kepada siswa. Pembatalan Ujian Nasional 2020 adalah contoh nyata bagaimana Kemendikbud bersikap realistis pada saat ini. Kelulusan siswa diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan dengan berdasarkan nilai raport.
Sekolah boleh menyelenggarakan ujian sekolah secara daring jika situasi dan kondisinya memungkinkan, tapi jika tidak memungkinkan, jangan dipaksakan, apalagi sampai mengumpulkan siswa di sekolah. Hal yang utama saat ini adalah keselamatan manusianya, bukan target kurikulumnya.
Guru juga tidak perlu memberi tugas yang banyak menuntut siswa harus selalu mengakses internet mengingat ada yang terbatas sarana dan biaya kuota internet.Â
lternatif tugas yang bisa diberikan oleh guru misalnya berupa tugas membaca, merangkum materi, tugas membuat sebuah produk, atau sebuah projek yang dikumpulkan pada saat masuk sekolah.
Dalam kaitannya dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), tugas-tugas yang diberikan pun sebaiknya mendorong kepada penguatan karakter, penguatan sikap, penguatan kecakapan hidup (life skill), dan penguatan soft skill siswa.
Misalnya dengan memberikan tugas membantu pekerjaan orang tua seperti merapikan tempat tidur, mengepel lantai, mencuci piring, mencuci baju, memasak, dan sebagainya.
Dengan demikian, di satu sisi mereka senang melakukannya di sisi lain mereka mendapatkan pelajaran dari pekerjaan yang dilakukannya.