Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Untold Stories", Ekspose Sekolah Model Kabupaten Subang

16 November 2017   23:32 Diperbarui: 16 November 2017   23:41 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ekspose sekolah model (sekmod) di Kabupaten Subang telah dilaksanakan dari tanggal 13 s.d. 14 November 2017. Para peserta ekspose sebanyak 16 sekolah telah memberika karya-karya terbaiknya. Dibalik hingar-bingar eskpose sekmod, ada beberapa hal yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan.

Pertama, kerja keras.Kerja keras para panitia dan peserta sekmod yang satkah polah mempersiapkan kegiatan ekspose dibalik kesibukannya mengajar di sekolah. bahkan ada yang terpaksa kerja lembur beberapa malam untuk menyelesaikan potret sekolah dan best practices.Hal tersebut sangat menguras energi. Walau demikian, kebersamaan, komitmen, dan tanggung jawab menjadi energi yang luar biasa bagi mereka. Berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Oleh karena karena itu, kerja keras mereka perlu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai stakeholder.

Kedua, kreativitas dan inovasi. Hal itu ditunjukkan pada tampilan karya seni dan dekorasi stand ekspose peserta ekspose. Tampilan stand yang menarik setidaknya menjadi daya tarik bagi para tamu untuk berkunjung ke stand. Apalah artinya sebuah stand pameran tanpa ada pengunjung. Pasti akan sepi dan kurang menarik. Ibarat sayur tanpa garam. Selain pada aspek dekorasi, mereka pun berusaha mengisi stand dengan berbagai produk berupa kerajinan dan ciri khas daerah atau sekolah, seperti buah ganas, rambutan, mangga, keripik, kerupuk, tape, makanan olahan dari singkong, es krim dari bahan bayam, dan sebagainya.

Beberapa stand juga menampilkan siswa yang sedang membuat prakarya. Misalnya pada stand SDN Ligar Manah, saya melihat ada siswa yang melukis kerudung dengan cat acrylic, stand SDN Soklat yang menampilkan siswa menggambar dengan menggunakan bahan krayon, siswa yang menjelaskan alat peraga pengantar listrik dari bahan kentang.

Stand SDN Syekh Jamaluddin membawa rujak hasil karya guru-gurunya. Bisa jadi obat puyengpengunjung yang kegerahan. Stand SMPN 1 Tanjung siang sebagai sekolah adiwiyata memamerkan hasil pengolahan limbah organik dan anorganik, serta siswa-siswa yang membuatnya. Stand SMAN 1 Ciasem menampilkan es krim yang bahannya dari bayam dan hidroponik. Bisa menyegarkan pengunjung yang kehausan. Dan stand SMKN 1 Cipeundeuy menampilkan keset dari kain sisa jahitan. Stand-stand sekolah yang lainnya relatif sama, menampilkan prakarya hasil karya para siswanya.

Ketiga, pengembangan minat, bakat, dan kemammpuan berpikir kritis siswa.Saya bertanya kepada seorang siswa yang sedang menggambar. Cita-citanya apa? Dia menjawab "ingin menjadi guru lukis." Dan dia telah difasilitasi oleh sekolah untuk menggambar apa saja sesuai dengan keinginannya. Sekolah hanya memfasilitasi, membimbing, dan mendorong agar siswa tersebut berprestasi pada bidang yang diminatinya. Hal ini sesuai sejalan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence)yang diteliti oleh Howard Gardner.

Ketika saya bertanya kepada siswa yang tentang konsep alat peraga penghantar listrik dari kentang, walau terlihat malu-malu, siswa tersebut menjelaskan prosedur untuk merangkainya, alat-alat yang dibutuhkan, manfaat yang dirasakan manusia dengan adanya listrik, dan dampaknya jika tidak ada listrik. Hal ini sesuai dengan konsep pendekatan saintifik (5M) yang diterapkan pada kurikulum 2013.

Keempat, kampanye sadar lingkungan.Banyaknya stand yang menyajikan hasil prakarya dengan memanfaatkan limbah bagi saya adalah bagian dari kampanye sadar lingkungan dimana saat ini masalah sampah menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat dan pemerintah. Masih banyak warga masyarakat dan pabrik yang suka membuang sampah atau limbah sembarangan. Akibatnya, lingkungan pun tercemar. Pemanfataan limbah di satu sisi mampu menjaga lingkungan, dan di sisi lain juga bisa menjadi peluang usaha.

Kelima, gerakan literasi.Pada saat saya berkunjung ke salah satu stand, seorang guru menyampaikana bahwa sekmod mendorongnya untuk mau menulis best practices. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa dalam konteks literasi, sekmod telah mendorong gerakan literasi. Bukan hanya dalam konteks dibuatnya best practicessaja, tetapi juga dalam literasi dalam konteks manajemen sekolah. semua warga sekolah menjadi tahu dan peduli tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), tahu tentang indkator-indikator pencapaian mutu sekolah, dan ada inisiatif untuk mendokumentasikan siklus pemenuhan mutu.

Keenam, pengembangan kompetensi kewirausahaan Kepala Sekolah.Hal ini merujuk kepada program yang telah dijalankan oleh Kepala SMKN 1 Cipeundeuy Dede Suryanto, M.Pd. yang telah membebaskan SPP bagi 584 orang siswa dengan cara mengoptimalkan kegiatan wirausaha para masing-masing program keahlian dan membangun kerjama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Ketujuh, motif berprestasi.Masing-masing sekolah model menyajikan prestasi-prestasi yang dicapai baik sebelum sekolah tersebut belum menjadi sekmod atau pun setelah menjadi sekmod. Masing-masing sekolah memiliki keunggulan masing-masing. ada pada sisi gurunya yang menjadi juara pada ajang guru berprestasi, lomba inovasi pembelajaran, dan kompeten dalam menulis. Ada yang kuat pada aspek pendidikan lingkungan hidup, ada yang menonjol pada aspek kemitraan, dan unggul pada aspek kesenian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun