Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hak Pasien Bertanya "Pesan Diterima dan Dimengerti" Kompetensi "Dokter Menjawab"

3 Juni 2018   14:03 Diperbarui: 3 Juni 2018   14:13 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat itu anak saya sakit dia baru berusia empat tahun, saya membawa anak saya tersebut kesebuah klinik dekat rumah saya. Seorang dokter muda  memeriksa badan anak saya, saya katakan muda karena usianya jauh dari usia saya, karena saya bisa lihat dari keterangan di dinding ruangan dokter tersebut, setelah memeriksa badan anak saya tersebut dokter tersebut  menuliskan resep sambil membacakan obat apa saja yang diberikan pada anak saya tersebut. 

Saat itu saya mendengar bahwa dia memberikan obat antibiotik untuk anak saya, lalu saya bertanya pada dokter tersebut kenapa diberi obat antibiotik. Bukannya saya mendapatkan penjelasan dari pemberian obat dari dokter tersebut tapi justru mendapatkan jawaban yang menurut saya absurb "kalau tidak mau dikasi obat antibiotik ya ga apa-apa saya coret" lalu saya tanya lagi jika tidak diberikan obat antibiotik bagaimana, dokter tersebut menjawab "ya tidak apa-apa itu hak bapak anaknya tidak berikan obat antibiotik". Itulah penggalan komunikasi saya dengan dokter klinik tersebut.  

Arti penting dokter semakin terasa saat kita berada dalam ancaman kesehatan yang nyata. Dokter adalah orang penting (the significant person) bagi saya sebagai individu yang mengharapkan kesembuhan atas penyakit anak saya maupun saya sendiri dan juga bagi mereka yang berupaya memelihara kesehatannya.  Disini harus dibentuk komunikasi yang baik karena terdapat interaksi psikologis yang turut mendukung keberhasilan suatu layanan kesehatan. 

Diketahui bahwa sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, selain itu pasien umumnya merasa berada dalam posisi yang lebih rendah di hadapan dokter, sehingga sungkan atau takut bertanya dan hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter. Sedangkan kita sebagai pasien mempunyai hak memperoleh tindakan dan interkasinya dan mengetahui bahwa dokternya tersebut dapat diandalkan dan kompeten dalam berkomunikasi.  Dari sudut pandang saya sebagai pasien maupun orangtua pasien, hubungan yang terjalin akan meningkatkan kepercayaan dan komunikasi yang efektif. Dokter akan dianggap tanggap pada respon pasien atas informasi yang disampaikannya dan sebagai pasien akan lebih terbuka dalam mendengar dan belajar.

Dimanapun kita berada, pasti akan dapat ditemui yang namanya komunikasi. Setiap hari kita tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Istilah komunikasi berasal dari bahas Latin "communicare"  yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.  Hovland, Janis dan Kelly (1953) memberi batasan komunikasi sebagai " the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usual verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Proses dimana seseorang (komunikator) mengirimkan rangsangan  biasanya membentuk lisan atau kata-kata untuk mempengaruhi perilaku orang lain (komunikan).

Saat ini kita berada dalam masa perubahan cara hidup, berkomunikasi, bekerja, dan berpikir yang sebagian besar merupakan akibat dari begitu mudahnya kita mendapatkan ataupun mengakses berbagai informasi dan kita sepakat dan tahu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan (knowledge is power).  Kita membutuhkan keterampilan yang akan membuat kita menyadari sepenuhnya keberadaan diri kita dan orang lain. Keterampilan komunikasi sangat penting dalam segala hal dan merupakan bagian inti dari kehidupan kita. Apa yang kita katakan dan bagaimana kita mengatakannya akan sangat menentukan kesuksesan kita dalam berkomunikasi. 

Akibat komunikasi yang payah banyak terjadi kesalahan ditempat kerja ataupun dalam suasana yang lain.  Kita bisa lihat banyak kegagalan dari komunikasi yang dilakukan mungkin penyebabnya dikarenakan banyak hal, antara lain pasien umumnya merasa berada dalam posisi yang lebih rendah di hadapan dokter, tidak adanya saling kesepahaman, belum bertambahnya informasi, serta belum ada usaha perubahan komunikasi yang dibangun antara dokter dengan pasiennya dan mungkin juga perbedaan fasilitas kesehatan yang dipilih oleh pasien tersebut yang menyebabkan komunikasi sedikit terdiktrasi.

Karena sesungguhnya dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasiennya memahami apa yang disampaikan. Sebagai penerima pesan, dokterpun perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap pertanyaan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien. Karena kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasiennya, dokter perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan, dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar benar memahami pesan yang telah disampaikannya, cobalah memahami dan menghargai sudut pandang oranglain.

Humble (sikap rendah hati) adalah adalah salah satu sikap yang harus dimiliki yang didalamnya terdapat sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan tidak memandang rendah orang lain bagaimanapun keadaannya, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

 Hubungan dokter dengan pasien adalah kemitraan, pasien harus dihargai sebagai pribadi yang berhak atas tubuhnya, menghormati dan menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan pasien, tanpa mempedulikan siapapun pasien tersebut, umur pasien tersebut dan  tanpa memperhatikan status sosial dan ekonominya. Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien. Cobalah mengembangkan empati!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun