Mohon tunggu...
F.Nugraha
F.Nugraha Mohon Tunggu... Guru - Student

Islamic Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Husnudzan Sebagai World View

3 Oktober 2017   23:06 Diperbarui: 4 Oktober 2017   00:05 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image credited by chabad.org

Husnudzan kata ini mungkin tidak begitu asing. Apalagi bagi yang suka ikut pengajian atau pengkajian ilmu Islam. Husnudzan secara umum berarti berprasangka baik. Namun dalam hal ini. Husnudzan juga bisa diartikan mengendalikan hati agar selalu berprasangka baik dan mengatur pikiran agar tetap berpikir positif.

Husnudzan dapat dijadikan cara pandang yang sangat ampuh agar hidup kita selalu penuh semangat dan optimis. Ketika kita mengalami kejadian yang tidak diinginkan atau kita harus dihadapkan kepada realitas hidup yang jauh dari apa yang kita harapkan. Maka, sikap husnudzan terhadap hal tersebut dapat menjadikan kita tetap mengambil hal yang positif dan tetap berusaha merubah takdir agar mendapat kebahagiaan dimasa mendatang.

Disisi lain, mungkin sikap ini terlihat fatalistik atau menerima takdir begitu saja dan menyerahkan segala permasalahan kepada tuhan tanpa adanya usaha untuk berjuang merubah ke arah kehidupan yang lebih baik. Hal demikian sungguh sangatlah keliru. Sikap terpuji ini memberi energi positif kepada orang yang mampu melakukanya. 

Dia menerima dengan ikhlas realitas yang terjadi dalam kehidupanya dan tetap menjaga hati agar tetap tenang dan mengatur pikiran agar tetap positif dalam memandang persoalan, dengan demikian semangat hidup akan terus mengalir deras dan waktu akan menuntun dia dengan berbagai macam ide yang ia dapatkan, sehingga masalah akan terselesaikan.

Sungguh sangat tidak bisa dimengerti. Ketika ada orang yang mengaku bertuhan, kemudian ditimpa sesuatu permasalahan sedikit saja dia justru putus asa. Tuhan dengan segala sifat sifatnya yang baik yang dimilikiNya, mustahil apabila berkehendak akan takdir yang tidak baik kepada hambanya. 

Rencana dan takdir Tuhan akan selalu baik . Akan tetapi, tolak ukur kebaikan Tuhan dan Manusia memanglah berbeda. Tuhan dengan kemaha kuasaNya dan manusia dengan segala keterbatasanya. Manusia lebih sering memandang buruk sesuatu yang menurut Tuhan adalah baik dan boleh jadi sesuatu yang buruk menurut manusia itu akan berakibat datangnya hal hal baik akan datang dilain waktu (lihat QS. Al-Baqarah 216). Orang yang mampu berhusnudzan kepada Tuhan karena keyakinanya kepada Tuhan yang memiliki sifat sifat yang baik adalah orang yang sangat istimewa.

Berbeda dengan orang yang berhusnudzan kepada Tuhan karena orang tersebut sering mendapatkan hal hal yang baik atau menyenangkan menurut pandangan manusia. Manusia dengan model seperti ini tidak begitu istimewa, karena berhusnudzan kepada Tuhan karena Tuhan selalu menjakanya dengan kebaikan dan kenikmatan. Padahal boleh jadi dibalik semua realitas kehidupanya yang menyenangkan itu adalah hukuman bagi dia.

Setidaknya kita sama sama belajar menjadi orang yang istimewa seperti model pertama. Membangun optimisme yang teguh dengan selalu berhusnudzan dan menggunakanya sebagai cara kita memandang dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun