Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jessica Pernah Minta Cium "Si Bodoh" Mirna

3 Februari 2016   05:40 Diperbarui: 3 Februari 2016   07:12 12150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain itu,  selintas Pak Salihin sempat memberikan informasi yang menyentak dan membuat saya bersama anak gadis saya dan ibu saya,  yang serius menonton menjadi terbelalak. Bahwa dalam pesan WhatsApp, ternyata tersimpan pesan dari Jessica untuk minta cium Mirna.

Demikian juga kesaksian dari Ayah Mirna, ketika detik-detik Mirna menghembuskan nafas terakhirnya. Jessica sempat berkomentar  "Mirna cantik ya", yang diucapkan dengan tenang. Bahwa menurut Pak Salihin, sepanjang peristiwa itu, Jessica tidak terlihat melepas emosi sebagaimana teman-teman Mirna lainnya yang kehilangan seorang sahabat.

Hmmmm, berarti simpang siur berita yang menyatakan ada "hil-hil mustahal" antara Mirna dan Jessica itu mulai terkuak.  Faktor cemburu, marah, bisa saja menjadi motif sakit hati yang berujung pada pembunuhan. Terlepas apakah Mirna mau melayani "kepribadian ganda" Jessica atau tidak, tetapi sungguh aneh sekali jika sesama perempuan dewasa minta cium.

Rasa penasaran kita semua, yang mempertanyakan, apa motif Jessica --andaikan benar-- meracuni Mirna mungkin bisa sejalan dengan kalimat Pak Salihin. Andaikan Mirna tidak kawin, saya yakin, Mirna masih hidup sekarang.

Ucapan yang penuh penyesalan itu kemudian ditimpali pembawa acara ILC Karni Ilyas bahwa ada ungkapan, nggak di kamu, nggak di saya, yang saya persepsikan bahwa, Jessica tidak bisa terima jika Mirna menjadi "milik" suaminya sehingga otomatis  "tidak bisa menjadi miilk Jessica juga" maka lebih bagus Mirna tidak menjadi milik siapa-siapa. Lebih bagus, Mirna "dilenyapkan".

Simpati pada Jessica

Terlepas apakah Jessica salah atau benar, apakah ia terbukti membubuhkan sianida ke dalam kopi Mirna, sebagai ibu dari seorang gadis, mau tidak mau, saya juga bersimpati pada Jessica.

Jessica yang mungil  harus menghadapi peristiwa yang spektakuler ini.  Jessica harusnya menjadi bagian komunitas lulusan luar negeri, berkarier mantap, dan hidup nyaman sebagaimana anak-anak golongan menengah atas orang Indonesia ini. 

Namun kenyataan, Jessica sudah tidak bisa "hidup normal" lagi. Rasanya semua orang sudah akrab dengan foto Jessica, bahkan di jejaring sosial bertebaran meme yang menyindir Jessica yang mengajak minum kopi.

Bahwa Jessica disebut "berkepribadian ganda" oleh ayah Mirna mungkin menjadi kata kunci dari kasus pembunuhan Mirna. Bahkan bisa jadi, Jessica akan disudutkan dengan kata "pembunuhan berencana" yang akan membuat masa depan gadis pintar itu menjadi pesakitan selamanya.

Yang pasti kita semua menunggu, polisi mengungkap siapa yang menabur racun sianida di kopi Mirna.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun