Mohon tunggu...
Ibra Fadriyansah
Ibra Fadriyansah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa biologi di Universitas Islam Negeri Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ketika Sentuhan Menuntun Arah: Studi Tigmotropisme pada Melon

28 Mei 2025   13:25 Diperbarui: 28 Mei 2025   14:23 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sulur Melilit pada Batang Pohon (Sumber : Wikipedia)

Dalam dunia tumbuhan, ada banyak cara organisme hijau ini merespons lingkungannya. Salah satu fenomena yang menarik perhatian para ilmuwan dan pecinta tanaman adalah tigmotropisme—yaitu gerak tumbuhan sebagai respons terhadap rangsangan sentuhan. Fenomena ini dapat dengan mudah diamati pada tanaman melon (Cucumis melo), tanaman merambat yang sering dijumpai di pekarangan rumah-rumah Indonesia.

Apa itu Tigmotropisme?

Tigmotropisme berasal dari kata Yunani “thigma” yang berarti sentuhan dan “tropos” yang berarti arah atau belokan. Gerak ini terjadi saat tumbuhan bersentuhan dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka, menyebabkan tanaman bergerak menuju (positif) atau menjauhi (negatif) rangsangan tersebut. Pada tanaman melon, tigmotropisme bersifat positif. Artinya, batang melon akan melilit atau merambat ke arah benda yang disentuhnya, seperti pagar, tiang, atau tanaman lain.

Melon dan Kemampuannya Menangkap Rangsangan

Melon dikenal sebagai tanaman merambat yang memerlukan media atau penyangga untuk mendukung pertumbuhannya. Sulur pada tanaman melon adalah struktur utama yang menunjukkan respon tigmotropisme. Ketika sulur menyentuh suatu objek seperti tali atau batang bambu, ia akan menggulungkan dirinya untuk mencengkeram objek tersebut. Proses ini memungkinkan tanaman naik ke atas dan memaksimalkan eksposur terhadap sinar matahari, serta efisiensi ruang dalam budidaya melon, terutama di lahan sempit atau sistem vertikultur.

Studi Tigmotropisme: Mengungkap Mekanisme Adaptif

Studi tigmotropisme ini tidak hanya menarik pada sisi biologi, tetapi juga dari segi aplikatif. Pemahaman mengenai tigmotropisme ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang yaitu seperti pertanian dan hortikultura vertikal, penghijauan, bahkan dalam bidang bioteknologi tanaman untuk menciptakan varietas baru yang memungkinkan pertumbuhan lebih efisien di lahan terbatas.

Penutup

Tigmotropisme pada tanaman melon menjadi bukti bahwa tumbuhan pun memiliki cara unik dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tanpa kemampuan berpindah tempat seperti hewan, tanaman mengandalkan mekanisme seperti ini untuk beradaptasi dan bertahan hidup. Gerakan kecil yang terjadi saat melon merambat mungkin terlihat sederhana, tetapi menyimpan fenomena biologis yang luar biasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun