Mohon tunggu...
ibs
ibs Mohon Tunggu... Editor - ibs

Jika non-A maka A, maka A

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

O, Kalau Gitu Ganti Saja Namanya Jadi BPJS Kesakitan

5 September 2019   15:36 Diperbarui: 5 September 2019   16:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah saya membaca beberapa survei yang intinya mencari indikator apa kebahagiaan sebuah masyarakat di tiap negara, termasuk Indonesia. Cukup mengejutkan buat saya adalah rupanya faktor utama kebahagiaan bukan kesejahteraan--yang selama ini saya asumsikan.

Kalau soal kebahagiaan orang Indonesia nomor wahid. Enggak tertandingi. Orang Indonesia selalu punya cara untuk bahagia, selalu punya jalan untuk mengakali hatinya. Meski sudah dua kali lising kendaraan nagih ke rumah, tetap bisa cengengesan.

Kalau persoalan utang bisa diatasi dengan baik, persoalan selanjutnya menjadi lebih mudah: Berani nikah tanpa pekerjaan. Luar biasa, toh? Kalau pakai kacamata modern, itu sungguh sulit ditelaah. Saya bangga jadi orang Indonesia.

Maka jangan heran kalau banyak pelancong dari Amerika dan Eropa datang ke sini untuk cari kebahagiaan. Bule-bule itu banyak datang ke Indonesia untuk mencari kebahagiaan. Ada juga yang ingin mendapatkan kesembuhan spiritual.

Dan itu juga sebab-musabab buku Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert menjadi best seller. Filmnya yang berjudul sama dan dibintangi sekaliber Julia Roberts juga cukup populer ketika itu.

Jadi apa indikator utama kebahagiaan dari survei itu?

Survei itu menempatkan kesejahteraan sebagai nomor ke sekian. Saya agak lupa, tapi yang utama adalah kesehatan, disusul keluarga, dan seterusnya. Intinya kesehatan adalah indikator utama masyarakat Indonesia untuk bahagia.

Jadi pertanyaan saya apa pangkal kegaduhan dari naiknya biaya iuran BPJS Kesehatan terjawab.

Persoalan ini memang, menurut saya, agak dilema. Di satu sisi, mengapa menjadi mahal sekali, ya, kita untuk bisa sehat. Apalagi ini program pemerintah, yang seharusnya ... ya sudahlah, kamu juga sudah tahu sendiri, kan?

Belum lagi kalau bicara mengenai sadar kesehatan masyarakat kita, yang kata Menteri Kesehatan, masih rendah. Kalau sudah tahu rendah, ya tingkatkan. Misal, bikin kebijakan yang melarang makan makanan golongan cepat saji junk food karena dapat menyebabkan blaaa... blaaa...

Misalnya juga, memasang gambar borok dan luka akibat diabetes pada kemasan gula. Semacam gambar di bungkus rokok kira-kira. Bisa dong? Atau peraturan tentang penggunaan media sosial yang dalam sehari hanya boleh sekian jam. Apabila melebihi ketentuan dapat membahayakan kesehatan mata dan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun